Senin, 24 April 2017

EKTOPARASIT PADA ANJING DAN KUCING

oleh Alvin Febrianth, DRH

Gangguan kulit dan rambut pada anjing dan kucing merupakan masalah yang sering dikeluhkan oleh pemilik hewan. Bahkan gangguan kulit dan rambut merupakan kasus yang hampir setiap hari ditangani oleh dokter hewan. Penyebab paling sering gangguan kulit dan rambut pada anjing dan kucing adalah karena ektoparasit. Ektoparasit adalah organisme yang merugikan yang berada diluar tubuh dalam hal ini berada pada kulit atau rambut anjing dan kucing. Ektoparasit yang dibahas kali ini yaitu pinjal (flea) pada anjing dan kucing.
Pinjal merupakan ektoparasit yang sering ditemukan pada anjing dan kucing. Spesies pinjal pada anjing yaitu ctenocephalides canis, sedangkan pada kucing ctenocephalides felis. Bahkan spesies pinjal ctenocephalides felis merupakan penyebab utama pada kasus ektoparasit karena pinjal pada anjing dan kucing. Pada anjing yang terdapat pinjal biasanya spesies yang ditemukan juga ctenocephalides felis. Pinjal memiliki warna tubuh cokelat kehitaman dan dapat dilihat dengan kasat mata pada kulit anjing atau kucing. Pinjal ini memiliki siklus hidup dari stadium telur, larva, pupa sampai dewasa membutuhkan waktu paling tidak 3 minggu. Dari stadium telur sampai pupa semuanya berada di lingkungan. Ketika sudah memasuki stadium dewasa barulah pinjal ini loncat ke tubuh anjing atau kucing. Pinjal ke tubuh anjing dan kucing dengan cara meloncat bukan terbang karena tidak memiliki sayap, beberapa menyebut pinjal dengan istilah kutu loncat.
Gambar 1. Ctenocephalides felis

Gejala klinis yang tampak jika anjing dan kucing terdapat pinjal yaitu rambut menjadi sangat rontok. Pada anjing yang terdapat pinjal biasanya pada bagian belakang tubuhnya terdapat kebotakan dan kulitnya sedikit kemerahan. Pada kucing tidak terlalu tampak, biasanya kerontokan dan kemerahan hampir diseluruh tubuhnya. Kemerahan pada kulit terjadi akibat garukan dari anjing dan kucing karena rasa gatal yang disebabkan oleh gigitan pinjal.
Selain gejala klinis yaitu kerontokan rambut pinjal juga dapat menyebabkan reaksi alergi, biasa disebut Flea Allergic Dermatitis. Alergi yang ditimbulkan akibat dari gigitan pinjal ke kulit anjing atau kucing. Pinjal ketika menggigit akan mengeluarkan saliva atau air liur yang menggandung zat allergen masuk ke dalam kulit. Akibatnya tubuh anjing atau kucing terutama bagian kulit akan merespon sebagai reaksi alergi berupa rasa gatal. Akibat dari respon alergi ini kulit juga akan tampak kemerahan. Pinjal selain menimbulkan masalah pada kulit juga menjadi agen penularan penyakit lain, yaitu dapat menularkan cacing ke dalam tubuh anjing atau kucing. Jika pinjal pada anjing atau kucing jumlahnya sangat banyak dapat juga menyebabkan anemia atau kekurangan darah karena pinjal di tubuh anjing atau kucing akan menghisap darah.
Gambar 2. Flea Allergic Dermatitis Pada Anjing

Gambar 3. Flea Allergic Dermatitis Pada Kucing

Jika anjing atau kucing tersebut terdapat pinjal maka harus diberikan treatment atau pengobatan. Treatment yang dilakukan yaitu pemberian anti ektoparasit, biasanya berupa tetes atau spot-on pada anjing dan kucing sebulan sekali. Jika dalam satu rumah terdapat anjing atau kucing lebih dari satu, harus diberikan treatment semuanya. Kemudian anjing atau kucing harus dimandikan satu minggu sekali dengan menggunakan shampoo khusus anti kutu. Karena pinjal ini juga berada di lingkungan maka harus menjaga kebersihan area sekitar dan properti yang digunakan seperti kandang, bak pasir, tempat makan dan minum. Kandang, bak pasir dan lingkungan sekitar bisa dicuci atau dibersihkan dengan desinfektan khusus.
Pencegahan yang dilakukan agar anjing dan kucing tidak terkena pinjal yaitu dengan membatasi bermain di tempat-tempat kotor seperti di rumput atau di tanah. Batasi kontak dengan anjing atau kucing lain. Selalu perhatikan jadwal pengulangan pemberian obat anti ektoparasit dan jadwal memandikan anjing dan kucing. Selalu menjaga kebersihan lingkungan terutama kandang dan area bermain. Selalu konsultasikan ke dokter hewan jika anjing atau kucing kita terdapat pinjal atau masalah kulit dan rambut.

Sumber Pustaka :
Medleau, L. and K.A. Hnilica. 2006. Small Animal Dermatology: A Color Atlas and Therapeutic
Guide. Second Edition. Saunders Elsevier. USA.
Nuttal, T., Richard G.H. and Patrick J.M. 2009. A Colour Handbook of Skin Diseases of the Dog
and Cat. Second Edition. Manson Publishing Ltd. UK.
Rhodes, Karen H. and Alexander H. Werner. 2011. Blackwell’s Five-Minute Veterinary Consult
Clinical Companion:Small Animal Dermatology. Second Edition. Blackwell Publishing
Ltd., USA.


Pencegahan Ektoparasit pada Kelinci

oleh Dinda Mahardika, DRH
Kelinci merupakan pet exotic yang termasuk dalam golongan family Leporidae dan Ochotonidae. Nama ilmiah untuk jenis kelinci yang ada di seluruh dunia yaitu Oryctolagus cuniculus. Kelinci dibagi ke dalam beberapa breed atau jenis yang ada di seluruh dunia yaitu fancy breeds dan fur breed. Pada kelompok fur breed diklasifikasikan menjadi normal fur breeds, Rex breeds dan Satin breeds. Untuk normal fur breed memiliki lapisan bawah kulit yang berfungsi menjaga kesehatan rambut, sedangkan Rex breeds mempunyai rambut pendek untuk melindungi kulit dan jenis Satin breeds mempunyai serat rambut yang abnormal untuk memproduksi sheen. Kesehatan kulit dan rambut sangat penting untuk selalu diperhatikan, sebab jika kita tidak merawat dengan baik maka akan banyak factor penyakit yang dapat merusak kesehatan rambut dan kulit kelinci kita, salah satunya yaitu Ektoparasit.
Gangguan pada kulit dan rambut yang disebabkan oleh ektoparasit pada kelinci yaitu, ear mites, fur mites, scabies, dan pinjal. Ektoparasit yang pertama yakni ear mites, yang disebabkan oleh tungau Psoroptes cuniculi. Gejala klinis yang ditimbulkan dari infestasi parasit ini yaitu crusting atau keropeng dan inflamasi atau bengkak pada area wajah, dewlap, leher, serta area kaki serta pruritus atau rasa gatal. Ektoparasit yang berikutnya yaitu fur mites, yang disebabkan oleh Cheyletiella parasitovorax. Parasit ini pada kelinci bersifat zoonosis atau dapat juga menular kepada kita, serta juga dapat menular ke anjing dan kucing, parasit ini pada manusia dapat menyebabkan pruritic dermatitis atau rasa gatal pada kulit. Fur mites pada kelinci ini sering umumnya dikira sebagai ketombe sebab tampak kasat mata atau makroskopis berwarna putih yang menempel di bulu kelinci oleh sebab itu parasit ini juga disebut walking dandruff. Gejala klinis yang ditimbulkan oleh parasit ini yaitu kulit yang kering, alopecia atau kebotakan, dan rambut yang mudah rontok. Kelinci yang mudah terserang parasit ini umumnya pada umur muda, system imun yang drop serta kelinci yang obesitas atau kegemukkan sehingga sulit untuk grooming dirinya sendiri.
Selain fur mites dan ear mites, parasit yang menyebabkan gangguan kesehatan kulit yaitu scabies dan juga pinjal. Scabies pada kelinci ini seringkali kasus yang umum ditemukan terutama untuk kelinci yang manajemen lingkungan kandang yang kurang bersih. Scabies pada kelinci disebabkan oleh parasit Sarcoptes scabiei, gejala klinis yang ditimbulkan akibat infestasi dari tungau ini yaitu crusting pada area daun telinga, sela-sela kaki, alopecia di sekitar kaki, kepala dan juga leher. Infestasi ektoparasit selanjutnya yaitu yang disebabkan oleh flea atau pinjal. Flea atau pinjal ini yaitu ektoparasit Ctenocepalidhes sp., parasit ini tidak hanya menginfestasi pada anjing dan kucing saja namun juga menyebabkan gangguan kulit pada kelinci.Infestasi dari flea atau pinjal ini umumnya terjadi pada kelinci yang sedang bunting.
Gambar : Kelinci terinfestasi Fur mite


Gambar:Cheyleitellaparasitovorax.

Ektoparasit pada kelinci bukanlah masalah yang dianggap sepele, apabila kelinci kesayangan kamu terinfestasi ektoparasit, maka segera cek up kesehatan kulit dan rambut kelinci kesayangan kamu ke dokter hewan agar penanganan dilakukan secara tepat.
Pencegahan terhadap ektoparasit baik itu fur mites, scabies maupun pinjal yaitu untuk selalu menjaga kebersihan kandang disekitar kelinci. Serta selalu rajin membersihkan peralatan pakan dan minum, alas kandang yang kemudian didesinfektan secara rutin, dan jangan lupa untuk selalu cek up kesehaan kelinci untuk tindakan preventif sedari dini.

SUMBER PUSTAKA:
Quensberry KE, Carpenter WJ.2004. Ferret, Rabbit and Rodents Clinical Medicine and Surgery. El Savier Saunders. United State of America.
Delaney, CAJ. 2000. Exotic Companion Medicine Handbook. Biological Education Network, Lake worth, Florida.


Selasa, 18 April 2017

INFESTASI CAPLAK PADA ANJING

INFESTASI CAPLAK PADA ANJING
oleh Maria Ulfa, DRH


Caplak dan penyakit nya
Kutu adalah organisme parasit berwarna cokelat, kecil yang hidup. Organisme ini membutuhkan darah dari hewan untuk bertahan hidup. Sayangnya, kutu juga cenderung menjadi pembawa berbagai penyakit serius, dan dapat menularkan penyakit di tubuh anjing yang menjadi hospes/inangnya. Caplak membawa penyakit seperti penyakit Lyme, bakteri ehrlichia, dan anaplasmosis. Gigitan caplak sendiri dapat menyebabkan infeksi kulit.

Meski jarang, kutu anjing juga bisa menjadi perantara infeksi cacing pita pada manusia. Penyakit tersebut dinamakan dipilidiasis, yaitu ketika seseorang terinfeksi cacing bernama Dipylidium caninum. Seseorang menderita penyakit ini jika secara tidak sengaja menelan kutu anjing yang sudah terinfeksi parasit cacing Dipylidium caninum.
 
Gejala bermacam - macam antara tiap penyakit, antara lain demam, nyeri, ruam, dan mual.
 
Penyebab caplak pada anjing
 
Infestasi caplak dapat terjadi ketika satu caplak sudah masuk ke dalam rumah, kontak dengan anjing 
lain yang sudah terinfeksi caplak, sanitasi lingkungan rumah yang perlu diperhatikan karena bisa saja
telur, larva, nimfa, dan sebagian caplak dewasa bisa ditemukan di balik karpet, seprai, tempat anjing 
biasa tidur dan pojok – pojok ruangan yang lembab, hangat, gelap.  
 
Mulailah pencarian caplak dari sisi atas punggung anjing Anda kemudian turun ke kedua sisi dada dan perutnya. Pastikan untuk mencari di dalam dan sekitar :
·         Tungkai
·         Di antara jari-jari kaki dan bantalan kaki
·         Di bawah tungkai (ketiak), perut, dada, dan ekor
·         Di atas, di dalam, dan di bawah kuping
·         Muka dan puncak kepala
·         Dagu
·         Bagian depan leher

Gejala yang ditimbulkan dari infestasi caplak

Selama kutu ada di rumah Anda, sejumlah besar kutu dapat ditemukan pada tubuh atau hewan peliharaan Anda. karena kutu membutuhkan darah dari hewan untuk bertahan hidup, mereka akan menempel anjing/ hewan kesayangan anda.

Kutu bergerak cepat di seluruh tubuh, tetapi mereka lebih memilih daerah yang hangat dan lembab. Mereka sering ditemukan di ketiak, selangkangan, atau kulit kepala. Setelah caplak telah menemukan tempat yang mereka suka, caplak akan menggigit anjing anda. Tidak seperti gigitan serangga lainnya, gigitan ini tidak menimbulkan rasa sakit.

Anda harus selalu memeriksa tubuh hewan peliharaan anda untuk memastikan adanya caplak. Pastikan untuk memeriksa setiap bintik-bintik cokelat atau hitam. Jangan hanya fokus pada daerah di mana kutu biasanya ditemukan. Kutu berbagai ukuran dari kecil seperti biji kopi atau berukuran besar sebagai besar. Pada caplak dikenal dengan tick borne illness yaitu penyakit yang ditimbulkan oleh karena gigitan caplak, dengan gejala klinis seperti berikut :

• demam atau menggigil (hipotermi)
• nyeri atau flu
• sakit kepala
• kelelahan
 • ruam
Banyak gejala-gejala penyakit ini mirip dengan kondisi kesehatan lainnya. Ruam yang berkembang dengan penyakit tick-borne dapat lebih mudah terdiagnosa. Namun, kadang-kadang ruam hilang setelah gejala lainnya terjadi.
Segera bawa hewan kesayangan / anjing kesayangan anda untuk cek ke dokter hewan. Dokter hewan dapat membantu mendiagnosa penyakit tick-borne. Diagnosis dini sangat penting untuk mencegah komplikasi jangka panjang yang berhubungan dengan penyakit ini.

Cara Mengendalikan dan Mencegah Infestasi caplak?

Caplak yang melekat pada kulit dapat diambil dan diletakkan dalam wadah berisi cairan.
Untuk mengambil caplak yang sudah menggigit anda atau anjing kesayangan, ambil caplak menggunakan pinset. Kemudian, menariknya perlahan-lahan dan tidak ragu. Jangan gunakan Vaseline, minyak, atau alkohol untuk membunuh caplak. Metode ini dapat menyebabkan mulut caplak tetap menempel pada tubuh anjing, dan dapat menyebabkan infeksi. Anda juga dapat menggunakan semprotan atau bubuk desinfektan untuk membantu sterilisasi caplak dalam rumah Anda. Meskipun dimungkinkan untuk mengendalikan caplak setelah infeksi, untuk jauh lebih baik untuk mencegah caplak di lingkungan rumah / tempat anjing kesayangan anda dipelihara saat pertama kali.
Untuk mencegah caplak semakin banyak dan menyebar dalam rumah Anda, cobalah untuk membuat properti sekitarnya tidak cocok untuk caplak. caplak tidak suka lingkungan kering dan tidak bisa hidup di vegetasi singkat. Menjaga rumput di halaman anda/lingkungan akan membantu anda menyingkirkan caplak dekat rumah anda.
Jika rumah anda dikelilingi oleh rumput yang lebat atau tanah di mana kutu biasanya ditemukan, Anda bisa semprotkan lingkungan dengan desinfektan khusus untuk membantu menghilangkan caplak. Kebanyakan desinfektan akan efektif dengan lebih dari satu kali aplikasi. Anda juga harus membersihkan setiap daerah di sekitar rumah Anda yang mungkin menarik tikus karena mereka sering membawa caplak.
Anda harus secara teratur memeriksakan hewan peliharaan/anjing anda ke dokter hewan untuk mengetahui adanya infestasi caplak. Hewan peliharaan Anda tentu memerlukan pengobatan untuk gigitan caplak akibat infestasi caplak.


SUMBER :
http://www.healthline.com/health/tick-infestations#control-and-prevention4
file:///C:/Users/office/Downloads/2600-2840-1-PB.pdf
http://www.alodokter.com/kutu-anjing-risiko-penyakit-dan-cara-mengobati-gigitannya

http://id.wikihow.com/Menghilangkan-Caplak-pada-Anjing

SCABIOSIS PADA HEWAN KESAYANGAN

Oleh Nindya Kusuma, DRH

Kesehatan hewan kesayangan menjadi penting karena keberadaan hewan kesayangan begitu sangat dekat dengan kehidupan manusia terlebih hubungan manusia dengan hewan kesayangan bukan lagi sebatas hewan peliharaan tetapi sebagai anggota keluarga. Kesehatan hewan kesayangan perlu diperhatikan mengingat terdapat penyakit pada hewan kesayangan yang dapat menular ke manusia atau sebaliknya (zoonosis). Salah satu penyakit yang dapat menular ke manusia yang menyerang gangguan kulit yaitu Scabiosis (penyakit scabies). Kulit berfungsi memberikan perlindungan dan dapat merasakan panas, dingin, rasa sakit dan gatal. Kondisi kulit dan rambut hewan dapat menjadi indikator dari status kesehatan hewan tersebut. Sehingga keberadaan penyakit scabies perlu mendapatkan perhatian karena mempengaruhi nilai estetika dari kulit hewan kesayangan tersebut.
Penyakit scabies atau kudis disebabkan oleh ektoparasit tungau (mite) yaitu Sarcoptes scabiei. Tungau ini berada di lapisan kulit epidermis dan karena ukurannya yang kecil maka hanya dapat dilihat dengan pemeriksaan mikroskop. Untuk mendiagnosa keberadaan Sarcpotes scabiei maka dilakukan scrapping atau kerokan kuit pada lesi yang dicurigai. Siklus hidup Sarcoptes scabiei dimulai dari tungau betina bunting membuat terowongan di stratum korneum untuk bertelur. Telur tersebut berada dalam terowongan kira-kira 3-10 hari kemudian menetas menjadi larva berkaki 6. Dalam 1-2 hari larva berubah menjadi nimfa stadium pertama dan kedua yang berkaki 8 lalu larva tersebut berubah menjadi tungau betina muda. Waktu yang diperlukan telur menjadi tungau dewasa lebih kurang 17 hari.
Sarcoptes scabiei menimbulkan kegatalan sehingga anjing dan kucing sering menggaruk akibat rasa gatal yang ditimbulkan oleh tungau tersebut. Karena kegatalan yang ditimbulkannya mengakibatkan nafsu makan mengalami penurunan. Selain itu, adanya kegatalan yang menyebabkan anjing dan kucing tersebut menggosok-gosokkan daerah yang gatal ke kandang dan menggigit kulitnya secara terus-menerus sehingga kulit akan terkelupas. Hal tersebut akan menambah keparahan penyakit sehingga timbul peradangan di kulit dan diikuti oleh kerontokan rambut. Penularan Sarcoptes scabiei dapat terjadi melalui kontak langsung baik dari permukaan kulit secara langsung atau dari benda-benda yang terkontaminasi Sarcoptes scabiei
Anjing dan kucing  yang menderitas scabies bisa sangat parah apabila tidak diobati. Lesi scabies biasanya kulit menjadi berkerak mulai dari moncong, tepi daun telinga, dan kaki. Lesi tersebut dapat meluas ke seluruh tubuh dan menyebabkan kerontokan rambut.  
Foto lesi scabies pada kucing


Foto Sarcoptes scabiei di bawah mikroskop  

Untuk hewan yang terinfestasi scabiosis diberikan obat antiektoparasit. Kemudian hewan tersebut di grooming 1 minggu 1 kali dengan menggunakan shampoo khusus antiektoparasit atau antiscabies. Treatment semua hewan peliharaan yang ada di rumah karena scabiosis sangat menular.    
Pencegahan agar hewan kesayangan tidak tertular Sarcoptes scabies yaitu dengan membatasi hewan kesayangan bermain di rumput atau tanah. Cegah hewan peliharaan kontak dengan hewan lain terutama hewan liar. Rutin membersihkan kandang dan properti yang digunakan minimal sehari sekali dengan menggunakan desinfektan. Selalu perhatikan jadwal pengulangan obat antiektoparasit dan jadwal grooming.
Untuk pencegahan penularan ke manusia selalu gunakan sarung tangan atau gloves ketika memegang hewan yang terinfestasi scabiosis. Kemudian jangan lupa cuci tangan setelah memegang hewan tersebut.
Apabila anjing dan kucing kesayangan kalian menunjukkan gejala seperti yang telah diuraikan pada artikel ini maka disarankan segera membawa ke dokter hewan agar segera dapat dilakukan pengobatan.

SUMBER
Levine, N.D. 1994. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner (terjemahan). Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 325-327.
Scott, DW; Miller, WH; Griffin, CE. 2001. Muller & Kirk’s Small Animal Dermatology 5th . Philadelphia. W.B. Saunders. 




Sabtu, 01 April 2017

MENJAGA KESEHATAN TELINGA PADA KUCING

oleh Alvin Febrianth, DRH

Sebagai pemilik hewan terutama kucing, kita wajib menjaga kesehatannya. Tetapi sering kali kita melupakan kesehatan telinga kucing. Kadang kita lebih sering memperhatikan kesehatan kulit dan rambut sehingga kita melupakan kesehatan telinga. Meskipun kucing merupakan hewan yang bisa menjaga kebersihan dirinya sendiri terutama pada bagian telinga, kadang membutuhkan bantuan dari kita untuk membersihkannya. Karena jika kebersihan telinga kucing jarang sekali diperhatikan, kemungkinan ada gangguan atau infeksi pada telinganya semakin besar. Oleh karena itu kita harus lebih sering memperhatikan kebersihan atau kesehatan telinga kucing kita.
Sebagian pemilik jarang memperhatikan kesehatan telinga kucing karena takut membersihkannya. Beberapa orang membersihkan telinga kucing tetapi hanya bagian luarnya saja. Jika kita hanya membersihkan telinga kucing kita hanya bagian luarnya saja, ada kemungkinan bagian dalam telinga masih banyak kotorannya. Untuk itu kita harus tahu cara membersihkan telinga pada kucing yang benar, agar kesehatan telinga kucing kita selalu terjaga.
Ada beberapa alat dan bahan yang harus dipersiapkan terlebih dahulu sebelum mulai membersihkan telinga kucing. Alat yang dipersiapkan yaitu cotton bud dan kapas atau tisu. Cotton bud digunakan untuk membersihkan bagian dalam telinga, untuk bagian luar bisa menggunakan kapas atau tisu. Untuk bahan yang dipersiapkan yaitu cairan pembersih telinga atau ear cleaner. Saat ini sudah banyak cairan pembersih telinga dijual di pet shop. Ada berbagai macam cairan pembersih telinga, sebaiknya terlebih dahulu dibaca aturan pemakaiannya. Beberapa cairan pembersih telinga hanya boleh untuk bagian luar telinga saja, ada beberapa juga yang boleh untuk bagian dalam telinga.
Setelah alat dan bahan sudah kita persiapkan, kita bisa memulai membersihkan telinga kucing kita. Pastikan kucing kita dalam keadaan tenang dan nyaman. Beberapa kucing susah untuk dipegang, jika kondisi seperti ini butuh satu orang lagi untuk bantu memegangi kucing kita. Kebanyakan kucing tidak suka ketika dibersihkan telinganya, oleh karena itu kita harus membersihkan telinganya dengan benar agar kucing kita tidak stress atau trauma ketika dibersihkan telinganya.
Teteskan sedikit cairan pembersih telinga ke dalam telinga kucing. Pastikan cairan tersebut boleh diberikan untuk telinga bagian dalam. Kemudian pijat telinga kucing sebentar dan lepaskan. Bersihkan bagian dalam telinga kucing menggunakan cotton bud secara perlahan. Tidak perlu takut untuk membersihkan telinga kucing bagian dalam, karena struktur telinga dari kucing agak berbeda dengan manusia. Setelah bagian dalam sudah selesai, bersihkan bagian luar menggunakan kapas atau tisu. Pastikan telinga kucing kering dari sisa cairan pembersih telinga. Lakukan hal yang sama pada telinga satunya.
Lakukan kegiatan membersihkan telinga kucing secara rutin, paling tidak satu minggu sekali atau mengikuti jadwal grooming. Jika hal ini kita lakukan secara rutin, maka kita bisa memantau kesehatan telinga kucing kita. Jika kita jarang membersihkan telinga kucing kita, kemungkinan infeksi pada telinga bisa terjadi. Kita tidak boleh juga terlalu sering membersihkan telinga kucing kecuali atas petunjuk dari dokter hewan.
Infkesi pada telinga dapat terjadi karena kita jarang memperhatikan kebersihan telinga kucing kita. Gejala infeksi pada telinga yang terlihat yaitu adanya kotoran telinga yang sangat banyak bahkan bersifat basah dan berbau tidak sedap. Penyebab infeksi telinga yaitu bisa karena adanya tungau telinga, bakteri atau jamur. Semua penyebab infeksi telinga terjadi akibat dari kotoran telinga yang menumpuk terlalu banyak karena jarang dibersihkan. Jika ternyata kucing kita menunjukkan gejala seperti itu segera bawa ke dokter hewan untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan.
Sekarang kita tahu pentingnya menjaga kebersihan telinga pada kucing kita. Mulai sekarang kita bisa rutin memeriksa dan membersihkan telinga kucing kita. Untuk cara membersihkan telinga kucing dengan benar bisa langsung melihat video kita di youtube.



Sumber Pustaka :
Carlson, D.G. and J.M. Griffin. 2008. Cat Owner’s Home Veterinary Handbook. Third Edition.
Wiley Publishing, Inc., Hoboken, New Jersey


Minggu, 26 Maret 2017

PROTEKSI HEWAN KESAYANGAN DARI INFEKSI CACING

PROTEKSI HEWAN KESAYANGAN DARI INFEKSI CACING 
Oleh Nindya Kusuma, DRH

Anjing dan kucing bukan lagi sebatas hewan kesayangan atau hewan peliharaan tetapi juga sebagai keluarga. Pet’s lovers pasti memiliki kedekatan emosional dengan hewan kesayangan kamu. Kedekatan tersebut yang membuat pet lover’s sekalian ingin agar anjing dan kucing kalian sehat selalu agar selalu dapat bermain bersama. Managament pemeliharaan hewan kesayangan sangat diperlukan, salah satunya adalah dengan pemberian obat cacing terhadap hewan kesayangan kamu. Dengan memberikan obat cacing berarti pet lover’s peduli terhadap kesehatan pet lover’s juga.
Infeksi cacing di dalam tubuh anjing dan kucing sangat merugikan karena dapat menyebabkan hewan nafsu makan menurun sehingga  hewan menjadi kurus, batuk, gangguan saluran pencernaan dan anemia. Gejala klinis cacingan yang muncul yaitu lemas, bulu kusam, nafsu makan menurun, diare atau feses bercampur dengan darah, muntah dan perut membesar.  
Pemberian obat cacing bukan hanya menjaga kesehatan anjing dan kucing tetapi juga kesehatan manusia, karena terdapat cacing yang dapat menular dari kucing dan anjing ke manusia. Salah satu cacing yang dapat menular ke manusia adalah cacing kait (Ancylostoma caninum) dan cacing gelang (toxocara canis dan toxocara cati). Manusia yang rentan terhadap penularan cacing adalah anak-anak. Penularan cacing ke manusia melalui termakannya atau terteannya telur infektif setelah bermain dengan kucing dan anjing kesayangan yang terinfeksi cacing kemudian tidak cuci tangan sebelum makan.    
Cacing gelang yang paling sering ditemukan pada anjing dan kucing adalah toxocara canis dan toxocara cati. Penularan infestasi toxocara pada anjing dan kucing dapat melalui intra-uterin yaitu dari induk anjing atau kucing ke fetus dengan cara melalui air susu dari induk ke anak atau melalui makanan yang tercemar telur cacing. Sehingga induk anjing dan kucing memiliki peranan penting dalam penularan terhadap anak-anaknya. Infestasi cacing toxocara pada anak anjing atau kucing dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan kematian.
Gambar cacing Toxocara cati
Selain itu, juga ditemukan cacing Ancylostoma caninum pada anjing. Keberadaan cacing tersebut sangat berbahaya dapat menyebabkan anemia dan anjing menjadi kurus. Hal ini disebabkan, karena dalam sehari seekor cacing Ancylostoma caninum dapat menghisap darah sebanyak 0,1 ml di usus halus.    
Telur cacing Ancylostoma caninum  
          Pencegahan penularan cacing dari dari anjing dan kucing ke manusia dengan rutin memberikan obat cacing dan anak-anak selalu dibiasakan mencuci tangan setelah bermain dengan tanah dan hewan kesayangan. Jadi, segera bawa hewan kesayangan anda ke dokter hewan agar nantinya akan dijadwalkan pemberian obat cacing. Proteksi hewan kesayangan anda dari cacing, dengan begitu pet lover’s juga terproteksi dari penularan cacing yang dapat menular ke manusia.


          Sumber :
Soeharsono. 2002. Zoonosis Penyakit Menuar dari Hewan ke Manusia. Kanisius :
Yogyakarta.
Stephen. C, Barr; Dwight D., Bowman. 2006. The 5 Minute Veterinary Consult Canine and
Feline Infectious Diseases and Parasitology. Blackwell Publishing.
Subronto. 2006. Penyakit Infeksi Parasit dan Mikroba pada Anjing dan Kucing. Gadjah Mada
University Press.

  

Minggu, 12 Maret 2017

Mengenal Lebih Dekat tentang Kelinci

oleh Dinda Mahardika, DRH
Kelinci merupakan pet exotic yang termasuk dalam golongan family Leporidae dan Ochotonidae. Nama ilmiah untuk jenis kelinci yang ada di seluruh dunia yaitu Oryctolagus cuniculus. Kelinci juga mempunyai kemiripan dengan golongan rodentia atau sejenis tikus, hamster, marmot dll. Kedua jenis hewan ini mempunyai kemiripan dalam struktur anatomi gigi dan mulut yakni pada bagian gigi insicius atas pada rahang atas dan bawah yang dimodifikasi seperti pisau untuk memotong makanan yang dikunyah. Kelinci dibagi ke dalam beberapa breed atau jenis yang ada di seluruh dunia yaitu fancy breeds dan fur breed. Pada kelompok fur breed diklasifikasikan menjadi normal fur breeds, Rex breeds dan Satin breeds. Untuk normal fur breed memiliki lapisan bawah kulit yang berfungsi menjaga kesehatan rambut, sedangkan Rex breeds mempunyai rambut pendek untuk melindungi kulit dan jenis Satin breeds mempunyai serat rambut yang abnormal untuk memproduksi sheen.
Tingkah laku yang sering kita amati bila kelinci kita sering memakan feses atau kotorannya sendiri, hal ini bukan berarti kelinci mengalami gangguan atau masalah kesehatan namun hal ini sangat normal terjadi pada kelinci. Hal ini terjadi karena kelinci mempunyai struktur anatomi pencernaan yang unik yaitu adanya cecotropesatau night feces yang lembut seperti kotoran cair. Hal ini juga seringkali owner atau pemilik mengsalah artikan dengan adanya gangguan pencernaan atau diare pada hewan kelincinya padahal itu merupakan cecotrop yang tidak termakan oleh kelinci. Cecotrop sangatlah penting untuk nutria pada kelinci sebab mengandung kadar lemak yang tinggi, protein dari mikroba, vitamin B, natrium, kalium serta air. Sexual maturity atau masa birahi pada kelinci beragam tergantung dari masing-masing breed. Small breed umumnya sexual maturity nya pada umur 4 samapai 5 bulan, sedangkan medium breed pada umur 4 hingga 6 bulan dan pada large breed sexual maturity pada umur 5 hingga 8 bulan. Dan juga kelinci mempunyai kebiasaan untuk self grooming terutama pada area wajah, hingga bagian telinga.
Kelinci yang diliarkan atau hidup tidak dikandang akan mempunyai tingkah laku yang berbeda dengan kelinci domestic. Kelinci domestic juga jarang sekali stress dengan lingkungan sekitar apabila sering beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini berbeda dengan wild rabbit atau kelinci yang diliarkan maka akan cemderung mempunyai tingkat stress yang lebih tinggi. Pemeliharaan yang harus diperhatikan untuk kelinci yaitu Nutrisi pakan yang cukup dan seimbang. Waktu pemberian pakan yang baik untuk kelinci yaitu pada saat pagi atau subuh dan juga malam hari. Kelinci menyukai bahan pakan yang manis serta pakan yang mengandung molase atau sukrosa namun bukan pakan biasa yang dicampur dengan gula. Umumnya pet owner selalu memberikan pakan untuk kelinci kesayangannya dengan pellet sebab mudah didapatkan dan sudah diformulasikan mengandung bahan-bahan yang dibutuhkan oleh kelinci namun umumnya pellet ini mengandung rendah serat. Apabila kelinci hanya diberikan pakan pellet saja maka akan menyebabkan obesitas dan membuat kotoran menjadi cair. Oleh karena itu seperti hay atau fres rumput, sayuran hingga buah pun juga bias diberikan untuk kelinci. Namun juga perlu diperhatikan ada beberapa tanaman yang juga bersifat toxic atau racun untuk kelinci seperti almond, Aloe vera, dan buah cherry.
Kelinci kesayangan kita juga harus dibiasakan untuk exercise atau bermain dan dibiarkan lepas dari kandangnya, hal ini dilakukan untuk menjaga fisik dan mental agar selalu dalam keadaan baik. Bermain di rumput secara teratur juga merangsang untuk defekasi dan urinasi secara normal, sehingga sangat baik untuk menjaga kesehatan pencernaan dan system perkemihan. Selain itu juga, jika membiarkan kelinci kesayangan bermain bebas di rumput juga mendapatkan sinar matahari yang mengandung vitamin D. Kandang yang baik untuk kelinci yaitu jauh dari suara yang bisik sebab dapat menyebabkan stress, alas kandang yang harus selalu bersih dan juga dapat diberikan hay atau rumput sebagai alas sehingga membuat kelinci terhindar dari penyakit pododermatitis dan penyakit kulit lainnya, serta pengaturan suhu yang ada di kandang agar tidak terlalu panas dan cukup ventilasi. Penggantian alas lantai pada kandang harus rutin dibersihkan agar meminimalisir adanya infeksi.
Gambar : Contoh kandang untuk Kelinci Outdoor

Contoh gambar Kandang Kelinci indoor




Sumber pustaka:
Delaney, CAJ. 2000. Exotic Companion Medicine Handbook. Biological Education Network, Lake worth, Florida.

Quensberry KE, Carpenter WJ.2004. Ferret, Rabbit and Rodents Clinical Medicine and Surgery. El Savier Saunders. United State of America.

Selasa, 28 Februari 2017

PENYAKIT PERNAFASAN PADA ANJING

oleh Alvin Febrianth, DRH

            Hewan kesayangan hampir sama dengan manusia, dapat mengalami gangguan atau penyakit yang menyerang saluran pernafasan. Gejala klinis yang muncul mirip dengan manusia yaitu batuk atau bersin. Pada anjing gejala klinis yang muncul pada gangguan pernafasan salah satunya adalah batuk. Penyakit pernafasan yang sering menyerang pada anjing dengan gejala klinis batuk yaitu Kennel Cough  atau Infectious Canine Trachebronchitis.
            Kennel Cough atau disebut juga dengan Infectious Canine Trachebronchitis adalah penyakit pernafasan yang sangat menular ke sesama anjing. Dari istilah penyakit tersebut kita bisa melihat bahwa adanya peradangan pada saluran pernafasan yaitu trakea dan bronkus. Penyakit ini bisa ditemukan hampir diseluruh dunia, bahkan setidaknya pernah menginfeksi setiap anjing sekali seumur hidupnya.
            Anak anjing atau anjing pada umur-umur muda sering terkena penyakit ini karena sistem kekebalan  tubuh pada umur tersebut masih belum sempurna. Anjing pada umur tua pun masih bisa terkena penyakit ini, atau anjing yang memiliki penurunan atau gangguan pada sistem kekebalan tubuh. Gejala klinis pada anjing umur berapapun yang terkena penyakit ini sama, yaitu batuk atau seperti tersedak sesuatu.
            Gejala klinis pada penyakit ini adalah batuk secara terus menerus seperti tersedak. Batuk ini kadang-kadang membuat anjing menjadi merasa tidak nyaman, sehingga anjing menjadi terlihat kurang aktif. Gejala lain yang muncul biasanya yaitu demam, keluar leleran dari hidung diikuti dengan bersin-bersin kemudian mata menjadi mudah berair. Tapi beberapa anjing hanya menunjukan gejala batuk saja, nafsu makan masih baik dan anjing juga masih terlihat aktif.
            Ada beberapa mikroorganisme yang menjadi penyebab dari penyakit kennel cough ini. Antara lain adalah Bordetella bronchiseptica bacteria, canine adenovirus, parainfluenza virus, and mycoplasma. Beberapa mikroorganisme tersebut baik hanya satu atau kombinasi bisa menimbulkan gejala klinis dari penyakit ini. Jika ada lebih dari satu penyebab maka gejala klinis yang ditimbulkan biasanya lebih parah.
            Jika anjing kita mulai menunjuka gejala klinis seperti yang telah disebutkan, maka harus segera kita bawa ke dokter hewan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Karena dari gejala batuk saja masih banyak kemungkian penyakit yang ada. Dokter hewan akan menanyakan riwayat sakit anjing kita dan kemudian akan dilakukan pemeriksaan lanjutan. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu dengan pemeriksaan darah lengkap dan kimia darah serta dilakukan rontgen. Dari hasil pemeriksaan lanjutan tersebut dokter akan mengetahui gejala batuk pada anjing kita lebih mengarah karena penyakit kennel cough  atau mungkin ada masalah yang lain seperti adanya benda asing pada saluran pernafasan.
            Pengobatan yang diberikan biasanya sesuai dengan gejala klinis yang muncul. Antibiotik biasanya juga diberikan jika mengarah keinfeksi bakteri. Jika kondisi anjing masih aktif, makan minum tidak ada masalah dokter menyarankan rawat jalan. Tetapi jika kondisi anjing lemas tidak mau makan dan minum dokter akan menyarankan untuk rawat inap. Untuk mengurangi tingkat kejadian penularan penyakit ini, biasanya anjing tersebut harus dipisahkan dengan anjing-anjing yang lain dalam satu rumah sampai kondisinya benar-benar sehat. Tempat pakan dan minum, kandang, mainan atau semua properti yang biasa digunakan dicuci bersih dengan desinfektan secara berkala.
            Untuk mencegah anjing kita terkena atau tertular penyakit ini, anjing kita harus divaksinasi sesuai jadwal dan petunjuk dari dokter hewan. Anjing yang sudah mendapat vaksinasi juga masih ada kemungkinan untuk terkena penyakit ini, tetapi paling tidak sudah memiliki daya tahan tubuh terhadap penyakit tersebut dibandingkan dengan yang belum mendapatkan vaksinasi. Jika anjing tersebut menderita penyakit ini dan belum divaksinasi, gejala klinis yang muncul biasanya lebih parah daripada anjing yang sudah pernah divaksin. Oleh karena itu selalu perhatikanlah jadwal vaksinasi anjing anda, terutama bila di rumah ada lebih dari satu anjing atau anjing kita sering bertemu dengan anjing-anjing lainnya. Bawalah ke dokter hewan jika anjing anda memiliki gejala dari penyakit ini, konsultasikan juga untuk jadwal vaksinasi anjing anda.          
             

Sumber Pustaka :
Carlson, D.G. and J.M. Griffin. 2007. Dog Owner’s Home Veterinary Handbook. Third Edition.
Wiley Publishing, Inc., Hoboken, New Jersey

Stephen,C.B. and Dwight, D.B. 2006. Canine and Feline Infectious Disease and Parasitology. First Edition. Blackwell Publishing, Iowa.