Senin, 28 November 2016

INFEKSI TELINGA PADA HEWAN KESAYANGAN

oleh Alvin Febrianth, DRH


Telinga merupakan salah satu panca indera pada manusia. Pada hewan, telinga merupakan anggota tubuh yang sangat penting. Sebagian hewan mampu mendengarkan suara yang manusia tidak bisa dengarkan. Telinga pada hewan mampu mendengarkan suara yang berasal dari kejauhan, sehingga mudah mendeteksi jika ada hewan lain atau musuh yang mendekat. Pada hewan kesayangan terutama anjing atau kucing, sering mengalami infeksi pada telinga. Oleh karena itu kita harus mengetahui gejala dan penyebab dari infeksi pada telinga.
Sebelum masuk pada pembahasan mengenai gejala dan penyebab infeksi telinga, kita harus memahami terlebih dahulu bagian dari telinga hewan terutama anjing dan kucing. Telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu, bagian luar (eksterna), bagian tengah (media) dan bagian dalam (interna). Infeksi pada telinga yang sering terjadi biasanya terdapat pada bagian luar. Tidak menutup kemungkinan infeksi terjadi pada telinga bagian tengah atau dalam. Jika infeksi terjadi pada telinga bagian dalam, kemungkinan infeksi tersebut sudah parah dan biasanya menyebabkan kehilangan pendengaran sampai mengarah ke kehilangan keseimbangan.
Infeksi pada telinga paling sering terjadi pada bagian luar. Jika infeksi ini tidak ditangani maka infeksi dapat berlanjut ke telinga bagian tengah dan dalam. Gejala yang sering muncul jika anjing atau kucing mengalami gangguan pada telinga yaitu sering menggaruk telinga, menggoyangkan kepala serta banyak kotoran yang keluar dari telinga. Kotoran telinga yang keluar biasanya berwarna kehitaman bahkan bisa sampai berwarna putih dan cenderung berair dan berbau sangat tidak sedap. Pada infeksi telinga yang parah atau infeksi pada bagian telinga tengah dan dalam biasanya anjing atau kucing sering memiringkan kepalanya ke satu sisi, biasanya ke sisi telinga yang sakit.
Garukan pada telinga secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama bisa menyebabkan gangguan yang lain pada telinga, yaitu akan terjadi hematoma pada daun telinga. Hematoma atau aural hematoma adalah penumpukan cairan dalam hal ini adalah darah pada telinga akibat dari pecahnya pembuluh darah ditelinga akibat dari garukan. Hematoma ini sangat mudah kita ketahui yaitu dengan meraba bagian daun telinga anjing atau kucing, jika telinga tersebut mengalami pembengkakan atau ada benjolan dan ketika kita tekan akan terasa ada cairan di dalamnya.
Ada beberapa yang menjadi penyebab infeksi pada telinga anjing atau kucing. Faktor yang paling sering menyebabkan infeksi pada telinga adalah adanya ear mites atau tungau telinga. Ear mites yang paling sering ditemukan pada kasus infeksi telinga yaitu Otodectes, tungau yang lain pun bisa menyebabkan gangguan pada telinga. Penyebab yang lain yaitu adanya bakteri dan jamur yang terlalu banyak. Jamur yang biasanya ditemukan ditelinga yaitu Malassezia pachydermatis. Faktor lain yang bisa memicu munculnya infeksi pada telinga adalah adanya kotoran telinga. Kotoran ini bisa berasal dari luar ataupun dari dalam telinga. Seperti pada manusia, anjing dan kucing juga memproduksi cairan telinga yang berfungsi menjaga kelembaban lubang telinga. Kotoran dari luar telinga biasanya berupa pasir atau debu. Kotoran telinga bisa menjadi bertambah banyak karena ada faktor pemicunya yaitu bisa karena terdapat ear mites atau adanya infeksi bakteri.
Bisa dikatakan hampir semua faktor penyebab infeksi telinga saling berhubungan. Sebagai contohnya jika kotoran di dalam telinga menumpuk dan tidak dibersihkan, akan menyebabkan suasana menjadi lembab sehingga menjadi lingkungan yang sesuai untuk tungau bisa hidup. Akibat adanya tungau ditelinga yang semakin banyak, menyebabkan kotoran telinga menjadi semakin banyak dan semakin lembab. Kondisi seperti ini biasanya bakteri dan jamur bisa berkembang dengan sangat cepat. Sehingga di dalam telinga saat ini tidak hanya satu faktor saja yang menjadi penyebab infeksi. Biasanya pada kondisi seperti ini kotoran telinga akan lembek berwarna putih dan berbau tidak sedap. Kucing atau anjing akan sangat tidak nyaman pada kondisi seperti ini.
Ada beberapa penyebab lain tetapi jarang terjadi infeksi telinga, diantaranya karena respon alergi. Alergi bisa berasal dari lingkungan, pakan atau obat-obatan. Respon alergi paling sering menunjukkan gejala klinis yaitu gangguan pada kulit, tetapi tidak jarang menunjukkan gangguan pada telinga. Penyebab lain karena penyakit yang menyebabkan sitem imunitas tubuh menurun, tumor pada telinga dan kelainan anatomi atau bentuk telinga.
Infeksi pada telinga bisa kita cegah dengan cara rutin membersihkan telinga minimal 1 minggu sekali. Membatasi anjing atau kucing bermain ditempat lembab, di tanah atau tempat kotor, serta di rumput. Jika setelah kita bersihkan telinga cepat kotor kembali, atau kotoran telinga sangat banyak sekali serta anjing atau kucing sering menggaruk telinga bahkan sampai kesakitan, ada kemungkinan anjing atau kucing kita mengalami masalah atau infeksi pada telinga. Segera bawa ke dokter hewan untuk pemeriksaan lebih lanjut. Dokter hewan akan mencari penyebab dari infeksi telinga pada anjing atau kucing. Kemudian akan memberikan obat untuk mengatasi penyebab infeksi pada telinga tersebut.
Saat ini sudah banyak obat tetes untuk mengatasi infeksi pada telinga yang direkomendasikan oleh dokter hewan. Obat tetes telinga ini sudah dibedakan berdasarkan faktor penyebab infeksi telinga. Salah satunya ada obat tetes telinga yang memiliki indikasi untuk infeksi telinga akibat dari bakteri. Kemudian berikutnya ada juga obat tetes telinga yang memiliki indikasi untuk infeksi telinga akibat dari ear mites atau tungau telinga. Biasanya pemakaian obat tetes telinga ini digunakan selama tujuh hari kemudian dilakukan pemeriksaan ulang oleh dokter hewan untuk mengetahui masih adakah faktor penyebab infeksi pada telinga anjing atau kucing tersebut.

Sumber Pustaka :
Karren H.R. and Alexander H.W. 2011. Blackwell’s Five-Minute Veterinary Consult Clinical
Companion Small Animal Dermatology. Second Edition. John Wiley & Sons Ltd, The

Atrium, Southern Gate, Chichester, West Sussex, UK

Rabu, 23 November 2016

Tindakan Perawatan Post Operasi Caesar Pada Anjing

oleh Maria Ulfa, DRH


      Obat bius yang telah diberikan pada induk harus hilang efeknya secara cepat. Kebanyakan anjing telah sepenuhnya sadar dari anestesi pada saat anjing ini dibawa pulang ke rumah oleh pemilik. Sadar sepenuhnya dari anestesi terjadi dua sampai enam jam,hal tersebut bergantung pada anestesi yang diberikan, kondisi fisik induk dan usia pada saat operasi, dan berapa kali induk tersebut melahirkan sebelum operasi.     Selama fase pemulihan, induk harus diawasi secara ketat sehingga ia tidak terjatuh dan terluka karena dirinya sendiri, atau berguling dan melukai anak-anak anjing. Anak-anak anjing / puppies tidak boleh ditinggalkan sendirian dengan induknya sampai sang induk benar-benar terjaga, mampu berdiri sendiri, dan mampu merawat anak-anaknya.
     Induk harus mulai makan dalam beberapa jam. pemilik harus memberi makan (menyuapi) dalam porsi yang sedikit dari makanan dan air dengan frekuensi sering (setiap 15 sampai 30 menit) untuk 24 jam pertama setelah operasi. Jika induk setelah sectio caesar makan atau minum terlalu banyak atau terlalu cepat, maka induk bisa muntah. asupan makanan nya pada saat ini harus sekitar satu dan setengah kali asupan makanan normal. Pada minggu ketiga atau keempat recovery, asupan makanan nya mungkin 2 sampai 3 kali normal. Induk anjing harus diberi pakan anjing premium berkualitas tinggi selama masa menyusui untuk memberikan nutrisi yang tepat untuknya dan puppies/ anak -anak nya.
      Suhu induk dapat meningkat (0.5-1.0ºC) di atas normal pada 1-3 hari setelah melahirkan, sebaiknya harus kembali ke kisaran normal. Rentang normal adalah (37.8º-38.9ºC). untuk pengobatan jangan memberi obat yang mengandung asam asetilsalisilat atau ASA (Aspirin®), acetaminophen (Tylenol ®) atau obat lain, termasuk obat herbal, tanpa konsultasi dokter hewan. Jika suhu induk  di atas (40 ºC), maka induk anjing dan puppies harus diperiksa oleh dokter hewan sesegera mungkin.
 Adapun perawatan pasca operasi terdiri dari penanganan/perawatan induk dan puppies /anak anjing.Perawatan induk anjing sebagai berikut :
1.    Cek bagian yg di incisi / dilakukan operasi, bila ditemukan tanda – tanda infeksi meliputi nyeri,bengkak dan kemerahan di area tersebut.
2.    Membatasi gerak induk anjing selama 3 – 4 minggu.
3.    Memberikan antibiotik.
4.    Memberikan anti inflamasi (NSAID).
5.    Memberikan obat antipsikotik( jika diperlukan).


Perawatan pada puppies dapat dilakukan sebagai berikut :
1.    Membersihkan lendir setelah dikeluarkan dari uterus.
2.    Diberi tempat yang hangat.
3.    Diberi makanan tambahan jika induk belum dapat menyusui / mati.
4.    Swab perineum untuk merangsang buang air kecil dan buang air besar.
  


Sumber :http://www.vcahospitals.com/main/pet-health-information/article/animal-health/caesarean-sections-in-dogs-post-operative-instructions/494http://lin-myvetdays.blogspot.co.id/2015/01/bedah-caesar-pada-anjing.html 



Minggu, 13 November 2016

PENTINGNYA PEMBERIAN OBAT CACING PADA HEWAN KESAYANGAN

Oleh Nindya Kusuma, DRH


Sudahkah Anda menjadi Pet Lover’s yang care terhadap kucing dan anjing kesayangan kita ???. Sudahkah rutin memberikan obat cacing untuk peliharaan yang tersayang ??? kalau belum…yuk simak artikel berikut sebelum hewan kesayangan kamu terinfeksi cacing.
Hubungan manusia dengan anjing dan kucing bukan lagi sebatas antara owner dengan peliharaan semata, tetapi sudah berubah menjadi sebuah family. Terbentuknya family atas dasar sayang dan perhatian sehingga Anda pasti tidak mau jika salah satu anggota keluarga sakit terlebih sakit karena infeksi cacing dalam saluran cerna hewan kesayangan. Akibat infestasi cacing di dalam saluran cerna pet kesayangan kamu adalah anjing dan kucing menjadi kurus, tidak mau makan, serta terdapat cacing dari anjing dan kucing yang dapat menular ke manusia. Yang paling mudah tertular anak-anak sehingga setelah bermain di taman selalu biasakan agar segera cuci tangan sebelum makan.   
Jenis-jenis cacing yang dapat menyerang anjing dan kucing yaitu digolongkan sebagai berikut : cacing tambang (ancylostoma), cacing gelang (ascariasis), dan cacing pipih (cestoda). Gejala klinis yang muncul saat anjing dan kucing terinfeksi cacing adalah fesesnya cair (diare), nafsu makan menurun atau  bahkan tidak mau makan, berat badan menurun dan jika sudah parah maka terdapat cacing dalam fesesnya serta mengalami dehidrasi karena hilangnya cairan di dalam tubuh akibat diare yang dialaminya. Gejala menggosok gosokkan bagian rektal ke tanah karena efek gatal akibat melekatnya proglotid cacing sehingga nantinya tanah juga dapat tercemar oleh keberadaan telur cacing.    
Infestasi cacing yang menyerang hewan kesayangan bisa kedapatan dari memakan atau tertelan makanan yang terkontaminasi telur cacing dari tanah atau taman atau tempat pakan dan minum yang terkontaminasi cacing, kontak langsung dengan anjing dan kucing yang terinfeksi cacing. Penularan juga dapat melalui ektoparasit pinjal yang memakan telur cacing yang selanjutnya pinjal tersebut termakan oleh hewan kesayang kita. Selain itu, saat dalam kandungan tertular secara kongenital dari induk yang terinfeksi cacing.   
Berikut salah satu pasien di Tabby Pet Care yang mengalami infestasi cacing pada Anjing  Umur 3 bulan, dengan keluhan diare dan tidak mau makan :
Foto Cacing pada Anjing Lokal Umur 3 bulan
Pencegahan agar anjing dan kucing tidak terinfeksi cacing adalah dengan jadwalkan rutin pemberian obat cacing minimal 3 bulan sekali (4 kali setahun), pastikan makanan yang kamu berikan untuk mereka bersih, pakan yang matang tidak mentah dan tidak tersentuh oleh tanah, selalu bersihkan mainan anjing atau kucing yang tersentuh dengan tanah agar mainan tersebut tidak terkontaminasi telur cacing mengingat tanah merupakan salah satu media perantara penularan cacing, serta jangan tunda-tunda untuk membersihkan kotoran hewan secara rutin. Cegah anjing agar tidak terkena pinjal yang dapat menularkan cacing dengan rutin grooming. Jadi, pencegahan tidak hanya dari dalam tubuh anjing dan kucing tetapi juga dari kebersihan lingkungan.
Pemberantasan cacing membutuhkan kerjasama antara kepedulian pet lover’s dan kepedulian kebersihan lingkungan. Yuk, pet lover’s segera datang dan konsultasikan jadwal pemberian obat cacing ke dokter hewan kesayangan kamu. Cegah sebelum terinfeksi cacing !              
                
Sumber :
Stephen. C, Barr; Dwight D., Bowman. 2006. The 5 Minute Veterinary Consult Canine and
Feline Infectious Diseases and Parasitology. Blackwell Publishing.
Subronto. 2006. Penyakit Infeksi Parasit dan Mikroba pada Anjing dan Kucing. Gadjah Mada
University Press.



Senin, 07 November 2016

Manajemen pemeliharaan pada kelompok Chelonian

Oleh Dinda Mahardika. DRH


Kelompok chelonian dalam hal ini yaitu tortoises dan turtle. Golongan tortoises sebagai contoh yaitu Geochelone gigantic, geochelone sulcata, Testudo hermanni. Habitat atau tempat hidup kelompok chelonian di dalam aquarium atau box dengan pengaturan suhu dan kelembapan kandang yang terjaga. Pemberian diet pakan untuk golongan tortoise yaitu jenis rumput alfalfa, daun semanggi, daun mulberry, daun buah anggur, dan dapat diberikan bunga hibiscus, sedangkan pemberian diet pakan untuk golongan turtle yaitu buah-buahan ( strawberry, raspberry, blueberry, melon), serangga, cacing, siput. Sexing atau membedakan jenis kelamin jantan dan betina pada kelompok chelonian yaitu terletak pada panjang ekor. Pada jantan, umumnya lebih panjang dan lebar daripada betina, serta posisi kloaka pada jantan terletak lebih caudal atau kebelakang dibandingkan milik betina, serta struktur jari pada jantan lebih panjang daripada betina.
Perawatan yang perlu diperhatikan untuk kelompok chelonian dalam hal ini termasuk turtle dan tortoise yakni apabila dikandangkan maka struktur kandang perlu adanya thermometer agar kelembapan dan suhu di dalam kandang tetap optimum. Sebab, jika suhu terlalu tinggi atau rendah di dalam kandang dapat mengakibatkan stress sehingga penyakit mudah sekali menginfeksi. Salah satu penyakit yang cukup sering menyerang kelompok chelonian yakni rhinitis atau radang pada selaput mukosa hidung. Faktor penyebab penyakit ini dikarenakan kelompok chelonian alergi terhadap bau zat tertentu yang ada di dalam kandang dan karena faktor infeksi dari bakteri maupun virus. Apabila turtle atau tortoises peliharaan indikasi terkena rhinitis, maka yang dapat dilakukan dapat segera diperiksakan ke dokter hewan untuk pemeriksaan secara lengkap dan pencegahan yang dapat dilakukan adalah manajemen kandang yang harus diperbaiki , hindari pemakaian zat-zat kimia yang memicu alergi pada turtle atau tortoise kesayangan.
Struktur kandang yang baik untuk kelompok chelonian yaitu dengan menjaga kelembapan dan suhu dalam kondisi optimum yakni untuk tortoises berkisar 19,40 – 26,90 sedangkan suhu optimum golongan turtle yakni 23,9 – 28,1 0 C, untuk kelembapan di kandang berkisar 10 – 80. Manajemen kandang yang baik untuk kelompok chelonian juga nantinya dapat sebagai pencegahan terhadap infeksi penyakit.

Contoh kandang untuk jenis tortoise.

Contoh kandang untuk Jenis turtles

Sumber Pustaka :
Delaney JA, Dipl ABVP. Exotic Companion Medicine Handbook. 2008. Zoological Education Network. Florida.