Kamis, 26 Mei 2016

DERMATOPHYTOSIS IN SMALL ANIMAL

by Alvin Febrianth, DRH




Hair and skin diseases in small animals, especially dogs and cats are the most frequent problems. Almost every pet owner complains that beloved pet with skin problems. Skin problems are most commonly found are hair loss, dandruff, skin redness and crusty. Dog or cat that has long or thick hair often had problems like this. But it is possible for small animals that have short hair also have skin problems.
There are various causes of skin problems and hair, one of them is due to the fungus. Almost all skin and hair problems have similar symptoms. A lot of hair loss, a lot of dandruff in the hair, crusty skin and redness. Symptoms such as these not only appears on the skin diseases caused by fungus, skin and hair problems due to lice, bacteria, allergies and other causes also appeared. It is difficult to know the cause of skin problems and hair based on symptoms. Therefore, it needs further diagnosis test to any skin and hair problems.
In the medical world for fungal skin disorder is called Dermatophytosis or can be referred to as ringworm. Although we call ringworm, this skin disorder is not caused by a worm but by fungi. Skin diseases due to these fungi are zoonosis or can be transmitted from animals to humans or from humans to animals. We call ringworm because the symptoms form round formations such as rings with red color on the skin. These symptoms sometimes appear everywhere, such as in the area of the body and legs. Alopecia or hair loss on the skin lesion is the symptoms usually appear. Symptoms like these are typical of the disorder caused by fungi, but there are also in some animals with hair and skin problems caused by fungi not show symptoms like this.
Besides the typical symptoms of ringworm that appears on the skin, there are some symptoms that arise as a result of the fungus. Symptoms usually appear is too much hair loss. Hair loss is a natural thing, because the hair is old or damaged will fall out and be replaced with new hair that stronger. But in the case of disruption caused by fungi, usually the amount of hair loss will increase. We can see this when we use a comb to straighten our dog or cat hair. The amount of hair sticks on comb more than usual. Even using only our hand is also a lot of hair falling out. This is because the fungus destabilizing the hair thus affecting growth, resulting in hair can be easily damaged and fall.
Other symptoms caused by fungi are the crust or dandruff on the skin. Usually there are only some parts of the body such as the limb, feet, ears and tail. But if hair and skin diseases caused by fungi that never received treatment, dandruff will spread almost throughout the body. If this happen the condition of hair and skin will also be damaged, almost the entire body is filled with dandruff and it will be problem on hair growth. Because dandruff usually cause itching, the dog or cat become more frequent scratching his body. As a result of excessive scratching usually arise irritation so that it will appear redness. With the wounds caused scratching often followed by bacterial infection.
Some of the symptoms that have been mentioned yet, we can be sure that our beloved pets with skin problems as a result of the fungus. Almost all skin diseases have similar symptoms even though the cause is different. Therefore, for all of the skin diseases should be subject to further examination. Immediately consult a veterinarian if your pets show symptoms of skin diseases. The vet will conduct further investigation to determine the causes of skin diseases, whether caused by a fungus or other diseases.
Further examination for Dermatophytosis commonly performed by veterinarians, is the examination of the hair or skin contained crust or dandruff with a microscope. With the microscope examination can be seen crust or dandruff leads to fungus or lice in the hair. Then examined with a Wood's Lamp to see if the skin is crusty fluorescence green or not. If skin glowed then it could lead to disruption due to fungi. Then do the fungi culture on dermatophytosis media. The results of fungi culture will show our beloved dog or cat skin diseases caused by fungus or not.
The skin diseases caused by fungal largely affected by humidity. Dogs and cats love the places that are cool and moist. For example, the cat loves to be in front of the bathroom or in places that are cold, or often play on the grass or soil. This causes the hair and the skin becomes slightly wet and moist. With this moist environment fungi can grow faster. The not complete drying process after a bath becomes a factor causing fungal growth. Another factor is infected by other animals who have suffered skin diseases due to fungi.
If we know the factors causing the hair and skin diseases due to fungi, then we can reduce the risk. That is by limiting the dog or cat been too long in place that is moist and wet. Then wash the stables, feed, litter box, and other equipment commonly dog or cat often use. Playing area also should be cleaned frequently. The hair must completely dry after bathing, especially for a dog or cat that had a long hair, also can reduce the risk of fungal growth. Immediately separate if there is another animal that is suspected to have skin problems. Because of skin problems caused by fungi can be transmitted to humans, we must always maintain the cleanliness. Always wash your hands after handling dogs or cats, especially those who have skin problems.

If it is a dog or cat has skin problems due to fungi, the vet will give the appropriate treatment conditions. Treatment can be given such as ointments, oral medications or to bathe regularly. Use a medicated shampoo for your dog or cat's skin and hair are experiencing problems due to fungi according to the instructions of use or the advice by a veterinarian. Dogs or cats can be bathed one to two weeks until the fungus examination show negative result. Not only the skin problems caused by fungi, almost all skin diseases cannot be easily and quickly recover. Therefore, it needs patience from pet owners to always follow the instructions of veterinary medicine including bathe and check up schedule.


Sumber Pustaka :
Medleau, L. and K.A. Hnilica. 2006. Small Animal Dermatology: A Color Atlas and Therapeutic
Guide. Second Edition. Saunders Elsevier. USA.
Nuttal, T., Richard G.H. and Patrick J.M. 2009. A Colour Handbook of Skin Diseases of the Dog
and Cat. Second Edition. Manson Publishing Ltd. UK.
Rhodes, Karen H. and Alexander H. Werner. 2011. Blackwell’s Five-Minute Veterinary Consult
Clinical Companion:Small Animal Dermatology. Second Edition. Blackwell Publishing 
Ltd., USA.

Rabu, 25 Mei 2016

GANGGUAN KULIT AKIBAT JAMUR PADA HEWAN KECIL

 Oleh Alvin Febrianth, DRH



            Gangguan pada kulit dan rambut pada hewan kecil khususnya anjing dan kucing merupakan masalah yang paling sering muncul. Hampir setiap pemilik hewan mengeluh karena hewan kesayangannya mengalami masalah kulit. Masalah kulit yang paling sering ditemukan adalah rambut rontok, ketombe, kulit merah dan berkerak. Rata-rata pemilik hewan baik itu anjing atau kucing yang memiliki rambut panjang atau tebal sering kali mendapat masalah seperti ini. Tetapi tidak menutup kemungkinan untuk hewan kecil yang memiliki rambut pendek juga mengalami masalah kulit.
Ada berbagai macam penyebab masalah pada kulit dan rambut, salah satunya adalah karena jamur. Hampir semua masalah kulit dan rambut memiliki gejala yang sama. Antara lain kerontokan rambut yang lumayan banyak, terdapat banyak ketombe pada rambut, kulit berkerak dan terlihat kemerahan. Gejala seperti ini tidak hanya muncul pada gangguan kulit akibat jamur saja, masalah kulit dan rambut akibat kutu, bakteri, alergi dan penyebab yang lain juga muncul. Sulit untuk membedakan penyebab masalah kulit dan rambut berdasarkan gejala yang muncul. Oleh karena itu dibutuhkan pemeriksaan lanjutan untuk setiap masalah kulit dan rambut.
Dalam dunia medis gangguan kulit karena jamur disebut dengan Dermatophytosis atau bisa disebut juga dengan Ringworm. Meskipun memiliki istilah Ringworm, gangguan kulit ini tidak disebabkan oleh cacing melainkan karena jamur. Gangguan akibat jamur ini bersifat zoonosis atau bisa menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Disebut dengan istilah seperti itu karena memiliki gejala pada kulit berupa bentukan bulat seperti cincin dan berwarna merah pada kulit. Gejala ini kadang muncul diberbagai tempat seperti di daerah badan dan kaki. Rambut juga rontok atau tidak dapat tumbuh pada kulit yang terdapat bentukan seperti itu. Gejala seperti ini sangat khas pada gangguan akibat jamur, tetapi ada juga pada beberapa hewan yang mengalami masalah kulit dan rambut akibat jamur tidak muncul gejala seperti ini.
Selain gejala khas dari Ringworm yang muncul pada kulit, ada beberapa gejala yang muncul akibat dari jamur. Gejala yang muncul biasanya berupa kerontokkan rambut yang sangat banyak. Rambut rontok merupakan hal yang wajar, karena rambut yang sudah tua atau rusak akan rontok dan digantikan dengan rambut baru yang bagus dan kuat. Tetapi dalam hal gangguan akibat jamur, biasanya jumlah rambut yang rontok akan bertambah banyak. Hal ini terlihat ketika kita menggunakan sisir untuk merapikan rambut anjing atau kucing kita. Jumlah rambut yang menempel pada sisir lebih banyak dari pada biasanya. Bahkan dengan menggunakan tangan saja juga banyak rambut yang rontok. Hal ini disebabkan karena jamur mengganggu kestabilan rambut sehingga mempengaruhi pertumbuhan yang mengakibatkan rambut dapat dengan mudah rusak dan rontok.
Gejala lain akibat jamur adalah adanya kerak atau ketombe pada kulit. Biasanya hanya terdapat dibeberapa bagian tubuh seperti di badan, kaki, telinga dan ekor. Tetapi jika masalah kulit dan rambut akibat jamur yang sudah terlalu lama atau tidak pernah mendapat pengobatan, ketombe akan menyebar hampir diseluruh tubuh. Jika hal ini terjadi kondisi kulit dan rambut juga akan rusak, hampir seluruh tubuh dipenuhi dengan ketombe dan pertumbuhan rambut tidak akan pernah bagus. Karena ketombe ini biasanya menimbulkan rasa gatal, maka anjing atau kucing jadi lebih sering menggaruk tubuhnya. Akibat dari garukkan yang terlalu berlebihan biasanya akan timbul iritasi sehingga akan tampak kemerahan pada kulit. Dengan adanya luka akibat garukkan sering kali diikuti dengan adanya infeksi bakteri.
Beberapa gejala yang telah disebutkan masih belum dapat kita pastikan bahwa hewan kesayangan kita mengalami masalah kulit akibat dari jamur. Hampir semua gangguan pada kulit memiliki gejala yang sama meskipun penyebabnya berbeda. Oleh karena itu untuk semua gangguan pada kulit harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Segera konsultasikan dengan dokter hewan jika hewan kesayangan kita menunjukkan gejala gangguan kulit. Dokter hewan akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui penyebab gangguan kulit, apakah benar disebabkan oleh jamur atau penyebab yang lain.  
Pemeriksaan lanjutan untuk Dermatophytosis yang biasa dilakukan oleh dokter hewan antara lain adalah pemeriksaan rambut atau kulit yang terdapat kerak atau ketombe dengan mikroskop. Dengan pemeriksaan mikroskop dapat terlihat kerak atau ketombe mengarah ke jamur atau kutu yang menempel di rambut. Kemudian dilakukan pemeriksaan dengan Wood’s Lamp untuk melihat apakah kulit yang berkerak berpendar warna hijau atau tidak. Jika kulit berpendar maka bisa mengarah ke gangguan akibat jamur. Kemudian dilakukan penanaman rambut atau kerak pada media penumbuh jamur. Hasil dari penanaman pada media tersebut akan menunjukkan hewan kesayangan kita mengalami gangguan kulit akibat dari jamur atau bukan.
Penyebab dari munculnya gangguan kulit karena jamur sebagian besar karena kelembaban. Anjing dan kucing suka sekali dengan tempat-tempat yang sejuk dan lembab. Contohnya kucing suka sekali berada di depan kamar mandi atau di tempat-tempat yang dingin, atau sering kali bermain di rumput atau tanah. Hal ini menyebabkan rambut dan kulit menjadi sedikit basah dan tidak kering. Dengan suasana yang lembab inilah jamur dapat tumbuh. Proses pengeringan rambut yang tidak tuntas setelah mandi pun menjadi faktor penyebab tumbuhnya jamur. Tertular oleh hewan lain yang sudah mengalami gangguan kulit karena jamur juga menjadi penyebab tumbuhnya jamur pada hewan kesayangan kita.
Dari faktor penyebab munculnya ganguan karena jamur, maka kita bisa mengurangi resiko hewan kesayangan kita mengalami masalah kulit akibat dari jamur. Yaitu dengan cara membatasi anjing atau kucing kita berada terlalu lama ditempat yang lembab dan basah. Kemudian mencuci kandang, tempat pakan, bak pasir, dan peralatan lainnya yang biasa anjing atau kucing kita sering gunakan. Area tempat bermain atau tidur juga harus sering dibersihkan. Melakukan pengeringan rambut dengan tuntas sampai benar-benar kering setelah mandi, terutama untuk anjing atau kucing yang berrambut panjang, juga dapat mengurangi resiko tumbuhnya jamur. Segera pisahkan jika ada hewan lain yang diduga mengalami masalah kulit. Karena masalah kulit akibat jamur dapat menular ke manusia dan sebaliknya, kita juga harus selalu menjaga kebersihan. Selalu cuci tangan setelah memegang anjing atau kucing, terutama yang mengalami masalah kulit.
Jika memang anjing atau kucing kita mengalami masalah kulit karena jamur, dokter hewan akan memberikan pengobatan sesuai kondisi saat itu. Pengobatan yang diberikan bisa berupa salep, obat minum atau dengan mandi secara rutin. Untuk mandi bisa menggunakan shampoo khusus anjing atau kucing untuk kulit dan rambut yang mengalami masalah karena jamur sesuai petunjuk penggunaan atau saran dari dokter hewan. Anjing atau kucing bisa dimandikan satu sampai dua minggu sekali secara rutin sampai jamur benar-benar hilang. Tidak hanya masalah kulit akibat jamur, hampir semua gangguan kulit tidak bisa dengan mudah dan cepat sembuh. Oleh karena itu dibutuhkan ketelatenan dari pemilik hewan untuk selalu mengikuti petunjuk pengobatan dari dokter hewan termasuk jadwal mandi dan jadwal checkup.  

Sumber Pustaka :
Medleau, L. and K.A. Hnilica. 2006. Small Animal Dermatology: A Color Atlas and Therapeutic
Guide. Second Edition. Saunders Elsevier. USA.
Nuttal, T., Richard G.H. and Patrick J.M. 2009. A Colour Handbook of Skin Diseases of the Dog
and Cat. Second Edition. Manson Publishing Ltd. UK.
Rhodes, Karen H. and Alexander H. Werner. 2011. Blackwell’s Five-Minute Veterinary Consult
Clinical Companion:Small Animal Dermatology. Second Edition. Blackwell Publishing
Ltd., USA.


Rabu, 11 Mei 2016

Awas . . . ! Serangan Kutu, Pinjal dan Caplak

Oleh Nindya Kusuma, DRH

Anjing dan kucing bukan hanya sebagai hewan peliharaan kita tetapi juga salah satu anggota keluarga, sahabat, dan teman kita yang patut diperhatikan, jaga dan sayangi. Bentuk perhatian kita dengan ikut memperhatikan kondisi kesehatannya. Kesehatan kulit juga harus mendapat perhatian khusus karena seringnya kita kontak fisik dengan mereka. Kesehatan kulit juga merupakan indikasi untuk keberadaan suatu penyakit. 
Kualitas kesehatan rambut pada  anjing dan kucing dikendalikan oleh sejumlah faktor, termasuk hormon, gizi, kesehatan umum, infestasi parasit, genetika, dan frekuensi perawatan dan mandi. Kekurangan protein yang disebabkan oleh parasit, pola makan yang buruk atau sakit
menyebabkan
rambut menjadi kusam, kering, rapuh, dan tipis. Permasalahan kulit yang sering ditemui pada anjing dan kucing adalah keberadaan kutu (lice), pinjal (flea) dan caplak (tick). Keberadaan parasit ini menimbulkan permasalahan pada hewan kesayangan. Jika dibiarkan maka hewan kesayangan akan menjadi tidak tenang sehingga nafsu makan menurun kemudian jatuh sakit.
Kutu yang sering ditemui pada kucing adalah Felicolasubrostratus yang hidup dengan memakan epitel kulit yang akan membuat rambut rontok dan rasa gatal. Felicola subrostratus hidup pada permukaan kulit. Siklus hidup pada kutu dari telur sampai bertelur lagi membutuhkan waktu 24-33 hari. Kutu berjalan lambat di rambut sehingga mudah ditangkap.      
Selain kutu, terdapat pinjal (flea) yang juga menyerang anjing dan kucing. Pinjal memiliki ukuran tubuh lebih besar dan dapat dilihat secara makroskopis jika dibandingkan dengan kutu (lice). Pinjal berbentuk pipih dan dapat meloncat atau sering disebut sebagai kutu loncat. Pinjal mampu bergerak cepat melalui rambut sehingga sulit ditangkap. Bagian tubuh anjing dan kucing yang disenangi oleh pinjal adalah daerah sacral, lumbal, ekor dan kepala. Pinjal membutuhkan lingkungan yang lembab untuk berkembang dan bereproduksi.  
Setelah pinjal kawin pada kulit kucing maka betina akan bertelur dalam waktu 24 hingga 48 jam. Betina dapat memproduksi hingga 2.000 telur. Telur jatuh dan menetas di lingkungan rumah Anda, seperti di bawah furniture dan di karpet, rak, dan tempat tidur. Pada lingkungan yang lembab merupakan tempat ideal untuk bertelur. Dalam 10 hari, telur menetas menjadi larva, larva berubah menjadi kepompong dan masuk ke tahap pupa yang berlangsung selama berhari-hari atau bulan. Setelah menetas, pinjal dewasa akan mencari host, biasanya di sela-sela rambut terdapat feses pinjal yang berwarna hitam. Di bagian kulit yang terserang pinjal mengalami kemerahan (eritrema), dan jika banyak dapat menyebabkan alopesia lokal. Jika salah satu tidak segera ditemukan maka mereka dapat hidup selama satu sampai dua minggu tanpa makan.
Spesies pinjal yang sering menyerang anjing dan kucing adalah ctenocephalides canis dan ctenocephalides felis. Pinjal juga sebagai vektor cacing diplydium caninum. Saat pinjal menggigit maka sekaligus juga saliva mengenai permukaan kulit sehingga menyebabkan reaksi inflamasi. Hal ini yang menimbulkan rasa gatal sehingga anjing akan menggaruk bagian kulit tersebut dan kulit bekas garukan akan memicu tumbuhnya infeksi bakteri. Tindakan untuk mencegah keberadaan pinjal pada hewan peliharaan Anda yaitu sterilisasi dengan desinfektan lingkungan sekitar anjing dan kucing. Serta lingkungan juga harus dirawat dan diperhatikan kebersihannya.
Anjing yang terinfestasi caplak akan menimbulkan ketidaktenangan karena anjing akan sibuk untuk menggaruk-garuk dan menggigit bagian kulit yang terdapat caplak. Caplak biasanya ditemukan di jari-jari kaki, sekitar telinga, axilla, daerah selangkangan dan daerah perineum. Selain itu, akibat infestasi caplak (tick) pada anjing yaitu:

§  Menyebabkan terjadinya luka traumatik akibat gigitan caplak.
  • §   Caplak menghisap darah pada anjing sehingga anjing Anda akan mengalami anemia karena kehilangan darah.
  • §    Caplak juga sebagai vektor pembawa penyakit parasit darah (blood parasites) pada anjing seperti babesia, ehrlichiosis dan hepatozoon. Saat caplak menghisap darah maka juga mentrasmisikan penyakit parasit darah.       
  • §       Mengurangi nilai estetika dari kulit hewan kesayangan kita.

Gambar Anjing Infestasi Caplak (tick) pada Anjing Betina 

Siklus hidup caplak memiliki stadium telur, larva berkaki 6, nimfa berkaki 8, dan caplak dewasa. Larva berkaki 6 akan aktif mencari hospes kemudian moulting menjadi nimfa berkaki 8 dan akan mencari hospes lagi. Setelah caplak jantan dan betina kawin di kulit anjing kemudian  caplak betina turun untuk meletakkan telurnya. Jika semua telur sudah dikeluarkan dari tubuhnya maka betina akan mati. Seekor caplak betina dewasa dapat menghisap darah sebanyak 0,5-2 ml.   
Jangan pernah anggap keberadaan kutu (lice), pinjal (flea) dan caplak (tick) adalah hal yang dipandang sebelah mata karena pemberantasannya atau penyembuhannya cukup lama berkaitan dengan lingkungan sehingga membutuhkan kerja sama dan kesabaran dari pet owner. Terapi untuk infestasi kutu, pinjal dan caplak pada kulit anjing dan kucing yaitu dengan spot-on dan shampoo sedangkan pada lingkungannya dengan rutin membersihkan kandang dan menjaga kebersihan area sekitar tempat tinggal mereka.
Penularan kutu dan caplak melalui kontak antar hewan dan lingkungan yang terinfestasi. Jadi, begitu ada kutu, pinjal dan caplak menyerang hewan kesayangan kita maka jangan ragu-ragu untuk segera memeriksakan pada dokter hewan.    

      
Sumber           :
Debra M, Eldredge; Delbert G, Carlson, Liisa D, Carlson; James M, Giffin. 2007. Dog’s Owner
Home Veterinary Handbook 4th ed. Wiley Publishing, Inc.                  
Debra M, Eldredge; Delbert G, Carlson, Liisa D, Carlson; James M, Giffin. 2008. Cat’s Owner
Home Veterinary Handbook 3rd ed. Wiley Publishing, Inc.
Subronto. 2010. Penyakit Infeksi Parasit dan Mikroba pada Anjing dan Kucing cetakan ke 2.
Yogyakarta.

Selasa, 03 Mei 2016

EarMites, Scabiosis dan Demodecosis pada Anjing dan Kucing



Lesi General karena Infestasi Demodex sp

Mempunyai hewan kesayangan seperti anjing dan kucing merupakan hal yang menyenangkan serta dapat mengurani stress akibat aktivitas sehari-hari. Perawatan yang diperlukan tidak hanya sekedar memberi pakan saja namun juga diperhatikan status kesehatan hewan kesayangan yang kita pelihara. Sebagai contohnya dengan mengetahui apabila anjing atau kucing kita sedang mengalami sakit dalam hal ini bermasalah dengan kesehatan kulitnya. Kucing atau anjing kita dapat terinfeksi jenis parasit pada kulit dan telinga yaitu otodectes sp., scabies sp., dan demodex sp. Atau yang selama ini dikenal dengan penyakit ear mites atau kutu telinga, scabiosis dan demodecosis. Pertama yang akan dibahas adalah era mites atau kutu pada telinga, yakni suatu infeksi parasit yang disebabkan oleh parasit otodectes sp. Hewan yang terinfeksi kutu telinga atau ear mites ini akan mengalami rasa gatal di area telinga sehingga ada dorongan untuk menggaruk di sekitar area telinga. Parasit pada telinga ini mempunyai kaki sebagai alat penghisap darah sehingga menimbulkan rasa gatal pada hewan penderita. Anjing atau kucing yang mengalami ear mites atau kutu telinga akan selalu berusaha untuk menggaruk di area telinga sehingga dapat menyebabkan telinga memerah dan menjadi luka. Perawatan yang perlu dilakukan apabila melihat anjing atau kucing kita demikian yakni segera di bawa ke dokter hewan untuk memastikan pemeriksaan secara lanjut serta mendapatkan pengobatan yang tepat. Tindakan pencegahan agar tidak terinfeksi parasit tersebut yakni dengan cara rajin membersihkan telinga anjing atau kucing kita secara teratur menggunakan cuton bud, tidak perlu sering namun secara teratur.
Infeksi parasit yang kedua yang sering menyerang anjing dan kucing kita yakni scabies sp. atau biasa dikenal dengan scabiosiosi atau kudis. Parasit ini biasa hidup di kulit bagian epidermis atau di tepi permukaan kulit. Rasa gatal yang disebabkan oleh parasit scabies sp. ini mebuat anjing dan kucing kita menggaruk atau menggosok-gosokkan bagian yang terinfeksi pada benda yang keras sehingga menyebabkan lecet atau luka serta rontoknya rambut. Luka atau lecet yang sering digaruk akan mengeluarkan suatu cairan serum dan mongering sehingga membentuk suatu keropeng. Area yang terinfeksi biasanya di sekitar moncong hidung, telinga dan sela-sela kaki pada anjing dan kucing kita. Apabila kita menemukan kejadian seperti ini dialami oleh anjing atau kucing kita maka segera di bawa ke dokter hewan agar diperiksa secara pasti dan mendapatkan terapi yang tepat sebelum terlambat, sebab jika kita terlambat untuk care dengan yang dialami hewan kesayagan maka dapat berakibat fatal sehingga menyebabkan hal yang tidak diinginkan. Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu tidak sering membiarkan hewan kesayangan kita bermain  di tanah yang kotor dan juga kontak dengan hewan yang terinfeksi parasit ini. Dan juga perlu diperhatikan bahwa infeksi scabies sp. ini menular juga ke manusia seingga jika anjing atau kucing kita terinfeksi parasit ini maka segera cuci tangan dan menggunakan antiseptic.
Infeksi parasit yang ketiga yakni parasit demodex sp. atau biasa dikenal dengan penyakit demodecosis. Parasit ini biasa hidup di folikel rambut aau kelenjar sebacea rambut sehingga tidak dapat diamati secara kasat mata. Parasit ini umumnya sering terjadi pada anjing daripada kucing. Apabila anjing atau kucing kita terinfeksi parasit ini maka akan menimbulkan rasa gatal , lesi atau luka yang meradang di area telinga, moncong hidung dan sela-sela kaki serta infeksi parasit ini menyebabkan imunitas atau system imun anjing atau kucing kita menurun apabila terinfeksi parah. Infeksi parasit demodex sp. ini terdapat dua tipe yakni terinfeksi local atau general. Infeksi secara local yaitu parasit demodex sp. hanya menginfeksi area tertentu atau satu bagian dari tubuh anjing atau kucing kita sedangkan yang general yaitu lesi atau luka akibat infeksi sudah menyebar di seluruh tubuh anjing atau kucing kita. Parasit demodex sp ini juga menular ke manusia, jadi kita pun sebagai owner juga harus waspada terhadap infeksi parasit ini. Apabila hewan kesayangan kita terinfeksi, segera bawa ke dokter hewan untuk memastikan diagnosis dan terapi yang tepat untuk hewan kita. Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu tidak sering-sering memperbolehkan hewan kesayangan bermain di tanah yang kotor, kontak dengan hewan yang terinfeksi, cek up masalah kulit hewan kesayangan dengan dokter hewan untuk memastikan kesehatan kulitnya.

Sumber : Wardhana HA dkk. SKABIES: TANTANGAN PENYAKIT ZOONOSIS MASA KINI DAN MASA DATANG.2006. Bogor.wartazoa vol I. Balai Penelitian Veteriner.
Duncan JL dkk. Veterinary Parasitology. The Faculty Veyerinary Medicine University Glasglow. 1998. Scottland.


Senin, 02 Mei 2016

Ear Mites, Scabiosis and Demodecosis on Cat and Dog

by Dinda Mahardika, DRH

Lesi General karena Infestasi Demodex sp

Having a pets like dogs and cats are precious thing, give us an enjoy feeling and also could be reducing the stress of daily activities. Nursing care for our pets is not only just take care of their food, but also have notice the health status of our pets that we keep. For example, by knowing if the our dog or cat have a pain especially because of their skin health. Our cat and dog can be infected by species of parasites on the skin and ears are like infestation of otodectes sp., Scabies sp., And demodex sp. and usually we can known as ear mites, scabiosis and demodecosis. The first case to discussed is ear mites or fleas in the ear, which is parasitic infection caused by the parasite otodectes sp. Pet that infected with otodectes sp. or ear mites will be pruritus, which often leads to self inflicted trauma. Parasitic on these ears have legs as a means of sucking blood, causing itching of the animal patient and also in case which are neglected for a number of months the whole skin on ear may be involved, pets becoming progressively weak and emaciated. Nursing care for our pet if we observe a dog or cat infected by ear mites, so that is immediately brought to the vet to ensure further examination and get the best treatment. Precautions in order to our pet couldn’t be infected with these parasites is ear cleaning dog or cat regularly with use cuton bud, do not need to be often, but regularly about two or three times a week.
A parasitic infection that often affects both our dogs and cats are scabies sp. or commonly known as scabiosis or scabies. These parasites normally live in the skin actually on the epidermis or at the edge of the surface of skin. The pruritus is caused by a parasite scabies sp. and could be makes our dog and cat scratching or rubbing the infected part on a hard object, causing blisters or sores and hair loss. After a primary infection dogs begin to scratch within a week, often before lesions are visible. In cases which are neglected for a number of months the whole skin surface may be involved, dogs becoming progressively weak and emaciated: a strong sour odour is a notable feature of this form of mange. Infected area usually around snout nose, ears and legs on the sidelines of the dogs and cats. If we found such a experienced by our dog or cat then immediately taken to the vet to be checked for sure and get the appropriate treatment before it's too late, because if we are late for caring by experienced our pets it can be bad thing for our pets life. Prevention could be that do not often let our pet playing in the ground and is also having contact with an infected animal parasites. And also worth notice that the scabies infection sp. also transmitted to humans hence if our dogs or cats are infected with this parasite then immediately wash hands and use antiseptic after playing with them.
      The third parasitic infection are demodex sp. or commonly known as demodecosis disease. This parasite normally lives in hair follicles or sebaceous glands in the hair therefore it could not be observed by naked eye. These parasite most commonly in dog than rarely in cat. If dogs or cats are infected with this parasite will cause pruritus, inflamed lesions or sores in the area of the ear, snout nose and between the legs and this parasitic infection causes decrease the immune system of immunity or dogs or cats if badly infected. There are two types infection of demodecosis namely local and general infection. Early in infection there is a slight loss of hair on the face and forelimbs, followed by thickening of thc skin, and the mange may progress no further than the incontact arcas; many of these localized mild infections resolve spontaneously without treatment. Demodex sp. is also transmitted to humans, so we are as an owner also must be vigilant against this parasitic infection. If our pets are infected, therefore immediately take it to a veterinarian to ensure diagnosis and proper treatment for our pets. Prevention is does not often allow pets to play in the ground, contact with the infected pets, having a our pets regularly skin check up with your veterinarian to ensure the health of their skin.


Source :
Wardhana HA dkk. SKABIES: TANTANGAN PENYAKIT ZOONOSIS MASA KINI DAN MASA DATANG.2006. Bogor.wartazoa vol I. Balai Penelitian Veteriner.

Duncan JL dkk. Veterinary Parasitology. The Faculty Veyerinary Medicine University Glasglow. 1998. Scottland.