Oleh Nindya Kusuma, DRH
Kesehatan hewan kesayangan menjadi
penting karena keberadaan hewan kesayangan begitu sangat dekat dengan kehidupan
manusia terlebih hubungan manusia dengan hewan kesayangan bukan lagi sebatas
hewan peliharaan tetapi sebagai anggota keluarga. Kesehatan hewan kesayangan
perlu diperhatikan mengingat terdapat penyakit pada hewan kesayangan yang dapat
menular ke manusia atau sebaliknya (zoonosis).
Salah satu penyakit yang dapat menular ke manusia yang menyerang gangguan kulit
yaitu Scabiosis (penyakit scabies). Kulit
berfungsi memberikan perlindungan dan dapat merasakan panas, dingin, rasa sakit
dan gatal. Kondisi kulit dan rambut hewan dapat menjadi indikator dari status
kesehatan hewan tersebut. Sehingga keberadaan penyakit scabies
perlu mendapatkan perhatian karena mempengaruhi nilai estetika dari kulit hewan
kesayangan tersebut.
Penyakit scabies atau kudis disebabkan oleh ektoparasit tungau (mite) yaitu Sarcoptes scabiei. Tungau
ini berada di lapisan kulit epidermis dan karena ukurannya yang kecil maka
hanya dapat dilihat dengan pemeriksaan mikroskop. Untuk mendiagnosa keberadaan Sarcpotes scabiei maka dilakukan
scrapping atau kerokan kuit pada lesi yang dicurigai. Siklus hidup Sarcoptes scabiei dimulai dari tungau
betina bunting membuat terowongan di stratum korneum untuk bertelur.
Telur tersebut berada dalam terowongan kira-kira 3-10 hari kemudian menetas
menjadi larva berkaki 6. Dalam 1-2 hari larva berubah menjadi nimfa stadium
pertama dan kedua yang berkaki 8 lalu larva tersebut berubah menjadi tungau
betina muda. Waktu yang diperlukan telur menjadi tungau dewasa lebih kurang 17
hari.
Sarcoptes scabiei menimbulkan kegatalan sehingga anjing dan kucing sering menggaruk
akibat rasa gatal yang ditimbulkan oleh tungau tersebut. Karena kegatalan yang
ditimbulkannya mengakibatkan nafsu makan mengalami penurunan. Selain itu, adanya
kegatalan yang menyebabkan anjing dan kucing tersebut menggosok-gosokkan daerah
yang gatal ke kandang dan menggigit kulitnya secara terus-menerus sehingga
kulit akan terkelupas. Hal tersebut akan menambah keparahan penyakit sehingga
timbul peradangan di kulit dan diikuti oleh kerontokan rambut. Penularan Sarcoptes
scabiei dapat terjadi melalui kontak langsung baik dari permukaan kulit
secara langsung atau dari benda-benda yang terkontaminasi Sarcoptes scabiei
Anjing dan kucing yang menderitas scabies bisa sangat parah
apabila tidak diobati. Lesi scabies biasanya kulit menjadi berkerak mulai dari moncong, tepi
daun telinga, dan kaki. Lesi tersebut dapat meluas ke seluruh tubuh dan
menyebabkan kerontokan rambut.
Foto lesi scabies pada kucing |
Foto Sarcoptes scabiei di bawah mikroskop |
Untuk hewan yang terinfestasi scabiosis diberikan obat
antiektoparasit. Kemudian hewan tersebut di grooming 1 minggu 1 kali dengan
menggunakan shampoo khusus antiektoparasit atau antiscabies. Treatment semua
hewan peliharaan yang ada di rumah karena scabiosis sangat menular.
Pencegahan agar hewan kesayangan tidak tertular Sarcoptes scabies yaitu
dengan membatasi hewan kesayangan bermain di rumput atau tanah. Cegah hewan
peliharaan kontak dengan hewan lain terutama hewan liar. Rutin membersihkan
kandang dan properti yang digunakan minimal sehari sekali dengan menggunakan
desinfektan. Selalu perhatikan jadwal pengulangan obat antiektoparasit dan
jadwal grooming.
Untuk pencegahan penularan ke manusia selalu gunakan sarung tangan atau
gloves ketika memegang hewan yang terinfestasi scabiosis. Kemudian jangan lupa
cuci tangan setelah memegang hewan tersebut.
Apabila anjing dan kucing kesayangan kalian menunjukkan gejala seperti
yang telah diuraikan pada artikel ini maka disarankan segera membawa ke dokter hewan agar segera dapat dilakukan pengobatan.
SUMBER
Levine,
N.D. 1994. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner (terjemahan). Gajah Mada
University Press. Yogyakarta. 325-327.
Scott,
DW; Miller, WH; Griffin, CE. 2001. Muller & Kirk’s Small Animal Dermatology
5th . Philadelphia. W.B. Saunders.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar