Selasa, 18 April 2017

SCABIOSIS PADA HEWAN KESAYANGAN

Oleh Nindya Kusuma, DRH

Kesehatan hewan kesayangan menjadi penting karena keberadaan hewan kesayangan begitu sangat dekat dengan kehidupan manusia terlebih hubungan manusia dengan hewan kesayangan bukan lagi sebatas hewan peliharaan tetapi sebagai anggota keluarga. Kesehatan hewan kesayangan perlu diperhatikan mengingat terdapat penyakit pada hewan kesayangan yang dapat menular ke manusia atau sebaliknya (zoonosis). Salah satu penyakit yang dapat menular ke manusia yang menyerang gangguan kulit yaitu Scabiosis (penyakit scabies). Kulit berfungsi memberikan perlindungan dan dapat merasakan panas, dingin, rasa sakit dan gatal. Kondisi kulit dan rambut hewan dapat menjadi indikator dari status kesehatan hewan tersebut. Sehingga keberadaan penyakit scabies perlu mendapatkan perhatian karena mempengaruhi nilai estetika dari kulit hewan kesayangan tersebut.
Penyakit scabies atau kudis disebabkan oleh ektoparasit tungau (mite) yaitu Sarcoptes scabiei. Tungau ini berada di lapisan kulit epidermis dan karena ukurannya yang kecil maka hanya dapat dilihat dengan pemeriksaan mikroskop. Untuk mendiagnosa keberadaan Sarcpotes scabiei maka dilakukan scrapping atau kerokan kuit pada lesi yang dicurigai. Siklus hidup Sarcoptes scabiei dimulai dari tungau betina bunting membuat terowongan di stratum korneum untuk bertelur. Telur tersebut berada dalam terowongan kira-kira 3-10 hari kemudian menetas menjadi larva berkaki 6. Dalam 1-2 hari larva berubah menjadi nimfa stadium pertama dan kedua yang berkaki 8 lalu larva tersebut berubah menjadi tungau betina muda. Waktu yang diperlukan telur menjadi tungau dewasa lebih kurang 17 hari.
Sarcoptes scabiei menimbulkan kegatalan sehingga anjing dan kucing sering menggaruk akibat rasa gatal yang ditimbulkan oleh tungau tersebut. Karena kegatalan yang ditimbulkannya mengakibatkan nafsu makan mengalami penurunan. Selain itu, adanya kegatalan yang menyebabkan anjing dan kucing tersebut menggosok-gosokkan daerah yang gatal ke kandang dan menggigit kulitnya secara terus-menerus sehingga kulit akan terkelupas. Hal tersebut akan menambah keparahan penyakit sehingga timbul peradangan di kulit dan diikuti oleh kerontokan rambut. Penularan Sarcoptes scabiei dapat terjadi melalui kontak langsung baik dari permukaan kulit secara langsung atau dari benda-benda yang terkontaminasi Sarcoptes scabiei
Anjing dan kucing  yang menderitas scabies bisa sangat parah apabila tidak diobati. Lesi scabies biasanya kulit menjadi berkerak mulai dari moncong, tepi daun telinga, dan kaki. Lesi tersebut dapat meluas ke seluruh tubuh dan menyebabkan kerontokan rambut.  
Foto lesi scabies pada kucing


Foto Sarcoptes scabiei di bawah mikroskop  

Untuk hewan yang terinfestasi scabiosis diberikan obat antiektoparasit. Kemudian hewan tersebut di grooming 1 minggu 1 kali dengan menggunakan shampoo khusus antiektoparasit atau antiscabies. Treatment semua hewan peliharaan yang ada di rumah karena scabiosis sangat menular.    
Pencegahan agar hewan kesayangan tidak tertular Sarcoptes scabies yaitu dengan membatasi hewan kesayangan bermain di rumput atau tanah. Cegah hewan peliharaan kontak dengan hewan lain terutama hewan liar. Rutin membersihkan kandang dan properti yang digunakan minimal sehari sekali dengan menggunakan desinfektan. Selalu perhatikan jadwal pengulangan obat antiektoparasit dan jadwal grooming.
Untuk pencegahan penularan ke manusia selalu gunakan sarung tangan atau gloves ketika memegang hewan yang terinfestasi scabiosis. Kemudian jangan lupa cuci tangan setelah memegang hewan tersebut.
Apabila anjing dan kucing kesayangan kalian menunjukkan gejala seperti yang telah diuraikan pada artikel ini maka disarankan segera membawa ke dokter hewan agar segera dapat dilakukan pengobatan.

SUMBER
Levine, N.D. 1994. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner (terjemahan). Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 325-327.
Scott, DW; Miller, WH; Griffin, CE. 2001. Muller & Kirk’s Small Animal Dermatology 5th . Philadelphia. W.B. Saunders. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar