Minggu, 26 Februari 2017

FELINE CALICIVIRUS

FELINE CALICIVIRUS
Oleh Nindya Kusuma, DRH

Feline Calicivirus adalah penyakit yang menyerang saluran pernafasan bagian atas dengan gejala demam, hipersalivasi, lesi ulser pada lidah, ulser pada paw, sneezing (bersin-bersin), dan konjungtivitis. Penyakit Feline Calicivirus disebabkan oleh infeksi Calicivirus, yaitu virus RNA dan tidak beramplop. Nama calicivirus berasal dari penampilan di mikroskop elektron dari serangkaian cup (calyx).  
Virus tersebut bereplikasi di tonsil dan jaringan lymphoepithelial dan selanjutnya virus tersebut shedding. Virus relative stabil di lingkungan kurang lebih selama 3 minggu. Infeksi Feline Calici Virus (FCV) biasanya ditularkan oleh aerosol, diekskresikan melalui oral dan nasal discharge serta saliva. Gejala klinis muncul setelah 3 sampai 4 hari setelah terinfeksi virus.        
            Akibat gangguan saluran nafas  menyebabkan kucing kehilangan nafsu makan bahkan tidak dapat makan sehingga lemas, dehidrasi dan dapat menyebabkan kematian. Kucing yang telah terinfeksi Calicivirus dapat berubah status menjadi karier dengan kata lain masih dapat berpotensi menularkan ke kucing yang lain. Status karier berlangsung selama beberapa tahun dan virus dibebaskan melalui organ oropharynx. Penularan Calicivirus dapat secara langsung dan tidak langsung, secara langsung melalui kontak fisik dengan kucing yang menderita atau karier Calicivirus. Penularan secara tidak langsung melalui lingkungan, kandang, bowl dan sebagainya.
Management sanitasi sangat diperlukan bagi Anda yang memiliki kucing yang sedang terinfeksi Calicivirus, yaitu dengan mendesinfektan dengan kandang dan bowl. Serta isolasikan kucing yang sakit dengan kucing yang sehat. Pencegahan dengan vaksinasikan kucing.

SUMBER
Feline Infectious Diseases and Parasitology. Blackwell Publishing. 
Gaskell R, Dawson S. Feline Respiratory Disease. In : Green CE, ed. Infectious Diseases of
the dog and cat. Philadelphia ; WB Saunders; 1998:97-106.


John, R. August. 2006. Consultations in Feline Internal Medicine . Elsevier Inc.   

Jumat, 24 Februari 2017

Chlamydiosis

Chlamydiosis

oleh Maria Ulfa, DRH

Feline chlamydiosis (Chlamydophila), dikenal juga dengan sebutan feline pneumonitis (Radang paru-paru pada kucing), menyebabkan gangguan saluran pernafasan bagian atas yang relatif ringan tetapi kronis. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Chlamydia psitacii (Chlamydophila felis). Gejala klinis penyakit ini biasanya berupa radang/sakit pada mata, disertai cairan kotoran mata berlebihan. Infeksi ini menyebabkan pilek, bersin dan kesulitan bernafas yang disebabkan radang paru-paru. Bila tidak diobati, infeksi bisa menjadi kronis, berlangsung selama beberapa minggu hingga beberapa bulan.
Selain bakteri Chlamydia, virus feline rhinotracheitis dan feline calicivirus termasuk organisme yang menyebabkan penyakit gangguan pernafasan bagian atas pada kucing. Chlamydia menyebabkan sekitar 10-15 % dari total kasus gangguan pernafasan pada kucing.
Chlamydiosis pada kucing
Penyebaran & penularan Chlamydiosis pada kucing
Bakteri Chlamydia terdapat di seluruh dunia dan menyebabkan penyakit pada sekitar 5 - 10 % dari seluruh populasi kucing. Penyakit ini sering menyerang kucing muda (kitten umur 2 - 6 bulan), tempat penampungan hewan atau tempat dengan populasi kucing lebih dari satu. Wabah sering terjadi pada pemeliharaan kucing yang terlalu padat, nutrisi yang kurang baik serta kandang dengan kurangnya ventilasi.
Penularan : bakteri yang menyebabkan chlamydiosis menular ke kucing lain melalui discharge nasal (cairan hidung) atau kotoran mata, penularan biasanya melalui beberapa cara sebagai berikut:
1.      Kontak dengan objek yang terkontaminasi bakteri seperti kandang, pakan, tempat pakan/minum, pakaian pemilik dan tangan pemilik.
2.      Kontak dengan mulut, hidung atau kotoran mata kucing yang terinfeksi.
3.      Bersin dan batuk yang bisa menyebarkan virus dalam radius 3.5 meter 
Gejala klinis kucing mengalami Chlamydiosis
Gejala klinis penyakit ini baru muncul bila bakteri menyerang mata dan saluran pernafasan. Gejala klinis yang umum biasanya berupa :
·         Kurang/hilangnya nafsu makan
·         Batuk
·         Sesak nafas atau kesulitan bernafas
·         Demam
·         Radang paru-paru ( pada kitten umur 2-4 bulan dapat menyebabkan kematian)
·         Hidung berwarna merah disertai pilek
·         Bersin-bersin
·         Mata merah, bengkak dan berair

Perawatan & pengobatan Chlamydiosis
Pengobatan : Bawa segera kucing anda ke dokter hewan / klinik hewan untuk diperiksakan. Antibiotik aman yang disarankan yaitu  tetrasiklin. Mata merah yang sakit dapat diobati dengan salep mata yang mengandung tetrasiklin. Umumnya pengobatan berlangsung selama beberapa minggu sampai 6 minggu tergantung keparahan penyakit. Sebaiknya segera diobati sebelum mata mengalami kerusakan permanen. Hati-hati dengan jenis obat tetes/antibiotik tertentu karena dapat memperparah kerusakan mata. Selalu konsultasikan dengan dokter hewan.
Perawatan : Selalu bersihkan mata dan hidung yang kotor, hal ini dapat mempercepat kesembuhan. Suapi kucing bila nafsu makannya hilang / menurun. Isolasi kucing yang sakit agar penyakitnya tidak menulari kucing lain. Perbaiki sanitasi maupun ventilasi kandang. Beri jarak atau batasi jumlah kucing dalam 1 populasi.

Pencegahan Chlamydiosis
Saat ini pencegahan yang paling baik adalah dengan vaksinasi, meskipun vaksinasi tidak selalu 100% melindungi kucing, tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan penyakit



Minggu, 19 Februari 2017

RHINITIS pada Tortoises (Sulcata Tortoise)

oleh Dinda Mahardika, DRH
Kura-kura darat atau yang biasa dikenal dengan tortoise ini merupakan golongan reptile yang termasuk dalam kelompok chelonian. Jenis tortoise yang biasa dikenal yaitu sulcata, spur thighed tortoise dll. Tortoise ini perawatannya cukup mudah, namun yang perlu diperhatikan dalam manajemen kandang yaitu harus memperhatikan POTZ yaitu preferred optimum temperature zone bahwasanya pengaturan suhu yang ideal di dalam kandang agar tortoise tetap berada dalam suhu yang optimum sebab tortoise merupakan hewan reptile yang berdarah dingin. Reptil dalam hal ini tortoise merupakan hewan berdarah dingin yaitu hewan yang tidak bisa menyesuaikan suhu tubuhnya dengan lingkungan sekitar, jika suhu di dalam kandang tidak sesuai dengan POTZ, maka tortoise atau kura-kura darat akan mengalami gangguan pada system imun sehingga akan mudah penyakit masuk ke dalam tubuh.
Jenis diet pakan yang dapat diberikan untuk tortoise yaitu sayuran ataupun daun-dauan. Sebagai contohnya yaitu sayur kangkung, daun bayam, daun lettuce dan rumput-rumputan. Namun hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan hijauan maupun sayur untuk tortoise ini harus dilayukan terlebih dahulu. Perawatan kandang juga harus yang ideal untuk tortoise yaitu dengan alas tanah yg lembut dan terdapat cukup air seperti genangan air untuk seketika jika tortoise ingin berendam, serta pembuatan gorong-gorong atau gua kecil juga sangat dianjurkan. Sebab jika di dalam kandang tortoise ketersediaan air kurang maka dapat menyebabkan dehidrasi dan infeksi penyakit.
Kelompok chelonian dalam hal ini tortoise mempunyai anatomi atau betuk tubuh berdiferensiasi spesifik. Jantung mempunyai dua atrium dan 1 ventrikel serta mempunyai pericardium atau otot jantung yang tebal. Struktur pulmo atau paru-paru terdiri dari paru-paru kanan dan paru-paru kiri serta mempunyai pleura yang tipis. Frekuensi denyut jantung pada tortoise dipengaruhi oleh umur, ukuran tubuh serta lingkungan (suhu dan kelembapan terutama dalam kandang). Frekuensi napas juga dipengaruhi oleh umur, ukuran tubuh, serta lingkungan ( suhu dan kelembapan kandang). Gangguan pernapasan yang sering menyerang kelompok chelonian dalam hal ini tortoise yaitu Rhinitis, tracheitis, serta pneumonia. Dalam kasus ini penyakit yang sering menyerang tortoise yakni rhinitis. Datang kura-kura tortoises jenis sulcata untuk cek kesehatan di klinik Tabby Pet Care, bernama demek, usia ± 3 tahun, jantan. Pemilik mengeluhkan bahwa kura-kura demek sudah flu atau sering bersin dan sudah lama sekitar hamper satu bulan, nafsu makan masih sangat bagus dan juga masih lincah. Di klinik, dilakukan pemeriksaan fisik secara keseluruhan, dan si demek tiba-tiba mengeluarkan buble atau balon dari hidungnya. Maka dapat dikatakan si demek dugaan penyakit mengarah ke rhinitis. Rhinitis merupakan suatu penyakit radang pada selaput lender hidung atau mukosa hidung. Penyebab dari penyakit ini bisa karena alergi yaitu semprotan bahan kimia, sebab reptile sangat sensitive dengan bau yang menyengat, kemudian infeksi bakteri serta infeksi virus. Gejala yang Nampak yaitu muncul leleran atau ingus berwarna cair atau putih hingga jika infeksi parah leleran hidung yang kental, dan biasanya bias juga disertai atau tanpa disertai kesulitan untuk bernapas.
Gambar : Nampak adanya buble atau balon yang keluar dari leleran hidung tortoise

Apabila kura-kura kesayangan sudah muncul gejala seperti tersebut maka segera periksakan ke dokter hewan untuk dilakukan pemeriksaan secara lengkap dan mendapatkan penanganan yang baik. Pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar dari penyakit ini yaitu perbaikan manajemen kandang yaitu pengaturan suhu dan kelembapan yang ada di kandang harus sesuai dengan ideal dari tubuh tortoise. Kura-kura atau tortoise juga harus rajin untuk dijemur di bawah sinar matahari pagi sekitar pukul 07.00 hingga pukul 09.00 agar mendapatkan tambahan vitamin D yang cukup di dalam tubuhnya.

SUMBER PUSTAKA :
Delaney, CAJ. 2000.. Exotic Companion Medicine Handbook. Biological Education Network, Lake worth. Florida.
Robert J, Brown M, dkk. 2010. Desert Tortoise Rhinitis. Alabama Departmen of Agriculture and Industrie , College of Veterinary Medicine, University of Florida. Florida.


Selasa, 31 Januari 2017

INFEKSI TELINGA PADA KUCING

oleh Alvin Febrianth, DRH

Tabby Pet Care menerima beberapa pasien kucing yang mengalami infeksi telinga. Salah satunya adalah pasien kucing jantan yang bernama “Miki” (Gambar 1) yang di bawa ke Tabby Pet Care pada bulan Januari 2017.
Gambar 1. Kucing Miki
Keluhan yang disampaikan oleh pemilik adalah kucing Miki sering menggaruk bagian telinga, terutama telinga sebelah kanan, kucing Miki sering keluar rumah dan sering bermain di rumput dan tanah, makan minum tidak ada masalah. Berdasarkan anamnesa yang didapatkan maka dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh pada kucing Miki. Hasil yang didapatkan dari pemeriksaan klinis yaitu telinga sebelah kanan jika dilihat dari luar terlihat bersih karena sebelumnya sudah dibersihkan oleh pemilik (Gambar 2), tetapi jika ditekan terdengar bunyi seperti cairan di dalam telinga dan kucing merasa sakit jika ditekan telinganya kemudian memiliki bau yang tidak sedap. Untuk telinga sebelah kiri lebih bersih (Gambar 3) dan jika ditekan tidak terdengar bunyi cairan di dalam telinga dan tidak merasa sakit jika ditekan telinganya.
Gambar 2. Kondisi Telinga Kanan
Gambar 3. Kondisi Telinga Kiri
Dari pemeriksaan klinis untuk kulit dan rambut didapatkan dugaan sementara yaitu infeksi pada telinga atau otitis eksterna. Ada beberapa faktor penyebab terjadinya infeksi pada telinga seperti karena tungau atau bakteri. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya infeksi telinga pada kucing Miki maka dilakukan pemeriksaan lanjutan, yaitu dengan teknik Ear Swab. Teknik ini yaitu dengan cara mengambil kotoran telinga menggunakan Cotton Bud Hasil pemeriksaan mikroskop tidak ditemukan adanya tungau di dalam telinga kucing Miki. Oleh karena itu dilakukan pemeriksaan lanjutan lagi untuk mengetahui faktor penyebab yang lain yaitu karena bakteri. Teknik yang dilakukan yaitu dengan Cytology untuk mengidentifikasi sel-sel yang ada dengan pewarnaan rapid. Dari hasil sitologi ditemukan banyak bakteri pada telinga kucing Miki (Gambar 4 dan 5). Maka diagnosa untuk kucing Miki yaitu Infeksi Telinga yang disebabkan oleh bakteri.

Gambar 4. Hasil Sitologi Telinga
Gambar 5. Hasil Sitologi Telinga
Infeksi pada telinga paling sering terjadi pada bagian luar. Jika infeksi ini tidak ditangani maka infeksi dapat berlanjut ke telinga bagian tengah dan dalam. Gejala yang sering muncul jika kucing mengalami gangguan pada telinga yaitu sering menggaruk telinga, menggoyangkan kepala serta banyak kotoran yang keluar dari telinga. Kotoran telinga yang keluar biasanya berwarna kehitaman bahkan bisa sampai berwarna putih dan cenderung berair dan berbau sangat tidak sedap. Pada infeksi telinga yang parah atau infeksi pada bagian telinga tengah dan dalam biasanya kucing sering memiringkan kepalanya ke satu sisi, biasanya ke sisi telinga yang sakit.
Ada beberapa yang menjadi penyebab infeksi pada telinga kucing. Faktor yang paling sering menyebabkan infeksi pada telinga adalah adanya ear mites atau tungau telinga. Ear mites yang paling sering ditemukan pada kasus infeksi telinga yaitu Otodectes, tungau yang lain pun bisa menyebabkan gangguan pada telinga. Penyebab yang lain yaitu adanya bakteri dan jamur yang terlalu banyak. Jamur yang biasanya ditemukan ditelinga yaitu Malassezia pachydermatis. Faktor lain yang bisa memicu munculnya infeksi pada telinga adalah adanya kotoran telinga. Kotoran ini bisa berasal dari luar ataupun dari dalam telinga. Seperti pada manusia, kucing juga memproduksi cairan telinga yang berfungsi menjaga kelembaban lubang telinga. Kotoran dari luar telinga biasanya berupa pasir atau debu. Kotoran telinga bisa menjadi bertambah banyak karena ada faktor pemicunya yaitu bisa karena adanya infeksi bakteri.
Pengobatan yang dilakukan di Tabby Pet Care untuk infeksi telinga karena bakteri yaitu dengan pemberian obat tetes telinga yang mengandung antibiotik (Gambar 6). Pemberian obat tetes ini diberikan secara rutin setiap hari selama seminggu. Setelah satu minggu pasca pengobatan dilakukan pengecekan ulang untuk melihat apakah bakteri di dalam telinga masih banyak atau tidak.

Gambar 6. Dermapet Oto-Fix
Untuk pencegahan agar kucing Miki tidak mengalami masalah infeksi pada telinga yaitu dengan cara membatasi kucing Miki bermain di area yang kurang bersih. Hal ini selain dapat mencegah timbulnya infeksi pada telinga karena bakteri, juga dapat mencegah infeksi telinga karena tungau dan penyakit-penyakit lainnya. Tindakan pencegahan lainnya yaitu dengan cara rutin membersihkan telinga minimal 1 sampai 2 minggu sekali. Kemudian rutin memeriksakan kondisi kesehatan secara berkala ke dokter hewan.

Sumber Pustaka :
Karren H.R. and Alexander H.W. 2011. Blackwell’s Five-Minute Veterinary Consult Clinical
Companion Small Animal Dermatology. Second Edition. John Wiley & Sons Ltd, The
Atrium, Southern Gate, Chichester, West Sussex, UK



Minggu, 29 Januari 2017

Hematoma pada Anjing

oleh Maria Ulfa, DRH

      Hematoma adalah akumulasi darah diluar pembuluh darah.   Hematoma terjadi karena dinding pembuluh darah (arteri, vena atau kapiler) telah rusak dan darah telah masuk / merembes ke dalam jaringan- jaringan yang tidak pada tempatnya. Istilah lain  hematoma   aurikuler / othematoma adalah keadaan yang menyebabkan trauma yang mengakibatkan tertimbunnya darah dalam ruang antara perikhondrium dan kartilago. Othematoma biasanya disebabkan oleh gigitan serangga atau trauma, alergi, infeksi, kehadiran benda asing,atau parasit telinga merupakan semua penyebab nyeri yang dapat menimbulkan gatal. Maka akan terjadi perubahan bentuk telinga luar dan tampak masa berwarna ungu kemerahan. Darah   yang tertimbun ini bisa menyebabkan terputusnya aliran darah ke kartilago sehingga dapat terjadi perubahan bentuk telinga.
Kondisi ini lebih sering terjadi pada anjing tetapi dapat terjadi juga pada kucing. Hematoma   aural   pada anjing terjadi ketika pembuluh darah kecil   di telinga pecah,   dan menyebabkan darah menumpuk dan mengisi ruang di pinna tersebut. Telinga yang mengalami   hematoma yang disebabkan oleh beberapa jenis trauma, seperti ketika hewan peliharaan agresif menggaruk telinga terjadi goresan di telinga. Biasanya ada penyebab yang mendasari untuk menggaruk dan getaran pada kepala.

Gejala Othematoma
Hewan peliharaan   yang   menderita   hematoma pada telinga akan menunjukkan cairan pembengkakan pada semua atau sebagian dari   flap   telinga atau pinna. Kadang-Kadang  pembengkakan akan tampak tegas,   lembut dan pinna terlihat merah, hangat saat disentuh. Diagnosanya dapat dilakukan selama pemeriksaan fisik. Pemeriksaan dapat juga dilakukan dengan memeriksa saluran telinga guna mendapat sampel untuk diperiksa dibawah mikroskop untuk tanda-tanda parasit atau infeksi. Hematoma aural pada anjing ditandai oleh sejumlah tanda dan gejala.
Terkadang juga ditemukan pembengkakan yang berada di dasar telinga anjing Anda. Seperti telah disebutkan sebelumnya, anjing akan sering menggeleng dan menggaruk telinganya. Kepala anjing akan miring ke satu sisi. Anjing akan menunjukkan tanda-tanda yang   jelas dari  rasa sakit dan ketidaknyamanan saat kita menyentuh telinga anjing tersebut. Anjing dengan pinna yang menggantung (panjang,   telinga berat) cenderung memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami hematoma aural. Anjing dengan infeksi telinga luar (otitis   externa)   atau infeksi telinga tengah (otitis media), dan yang menderita infestasi parasit, cenderung akan sangat mendukung terjadinya aural   hematoma. Anjing   yang tinggal   di   tempat   yang   panas, iklim lembab juga mengalami peningkatan resiko terhadap hematoma aural.

Diagnosa
Untuk diagnosa dapat dilakukan tes diagnostik yaitu penarikan cairan dari daerah bengkak pada pinna dengan bantuan jarum suntik. Adanya darah dalam cairan ini sering diambil untuk memastikan adanya hematoma aural. Hematoma aural tidak terlalu sulit untuk di diagnosa. Namun, hematoma aural harus   dibedakan   dari   abses,   seroma   atau   neoplasia   jaringan   lunak untuk pengobatan yang tepat. Proses diagnostik benar - benar difokuskan pada identifikasi untuk anjing yang sering menggelengkan kepala dan / atau menggaruk telinga, Prosedur diagnostik selanjutnya adalah dengan melakukan pemeriksaan menyeluruh dari  telinga, yang  sering membutuhkan  anestesi umum. Bukti infeksi parasit dan benda asing juga perlu dicari. Sampel darah dapat diajukan untuk menilai fungsi tiroid, dan   uji   coba   makanan   atau   tes kulit   dapat   dilakukan   untuk mengidentifikasi makanan atau alergi lain pada kondisi anjing tersebut. Pengujian lanjutan mungkin termasuk computed tomography (CT scan ) atau radiografi tengkorak ( sinar - X ), untuk menilai apakah ada infeksi telinga tengah atau telinga dalam.

Pengobatan
Tujuan dari mengobati hematoma aural adalah membersihkan kantong yang berisi darah. Pembedahan outhematoma dianggap   sebagai pengobatan yang paling efektif untuk telinga outhematoma.
Adapun beberapa teknik untuk pengobatan yaitu : 
1. Aspirasi: Sebuah spuit dapat digunakan untuk mengeluarkan cairan dan darah dari dalam. Kortikosteroid dapat disuntikkan ke dalam   telinga setelah darah dikeluarkan. Telinga mungkin tidak akan diperban. Prosedur ini  sederhana dan murah. Namun, hematoma cenderung lebih sering kambuh ketika dikeringkan.
2. Penempatan kanula: Kanula adalah sebuah perangkat kecil yang memungkinkan cairan  mengalir   dari   jaringan.   Hal   ini   dapat ditempatkan didalam cairan  hematoma   untuk   memungkinkan darah mengalir dan jaringan dibawahnya untuk memudahkan penyembuhkan.Biasanya,kanula harus dibiarkan selama beberapa minggu agar efektif. Namun, beberapa anjing tidak akan mentolerir alat di telinga mereka.
3. Operasi:   Operasi  adalah   metode  yang paling   efektif   untuk   mengobati hematoma aural. Selama operasi, sebuah insisi dibuat di bawah sisi pinna untuk mengeringkan cairan dan menghilangkan bekuan darah dan fibrin. Beberapa jahitan kemudian dilakukan. Hal ini memungkinkan jaringan dapat sembuh dan mencegah darah kembali   mengisi pinna tersebut.
Metode lain bedah menggunakan kit hematoma yang tersedia, secara komersial yang terdiri dari silikon bantalan telinga, penguncian klip dan   cincin   untuk   menentang   jaringan   dan   memungkinkan   untuk penyembuhan tanpa cacat. Telinga tidak dibalut dengan jahitan atau klip biasanya sembuh/membaik dalam 3 minggu. Anti - inflamasi dan/atau obat nyeri digunakan setelah teknik operasi dilakukan. Kegagalan untuk mengobati hematoma dapat menyebabkan pembengkakan pembesaran untuk mencakup seluruh earflap. Prognosis baik jika penyebab awal trauma pada telinga ditemukan dan anjing mentolerir prosedur   perbaikan   hematoma.   Namun,   karena  kecenderungan   penyakit tersebut dapat kambuh dan cenderung untuk beberapa anjing mengalami kondisi yang kronis, hematoma aural bisa menjai kasus yang sulit untuk ditangani.

Gambar.1. Bentuk sayatan drainase hematoma aura
Gambar 2. Pengeluaran darah
Gambar 3Melakukan jahitan struktur pinna


Sumber : http://dokumen.tips/documents/teknik-operasi-hematoma-pada-hewan.html

Jumat, 20 Januari 2017

CANINE PARVO VIRUS

Oleh Nindya Kusuma, DRH

 Beberapa waktu lalu di Tabby Pet Care menerima pasien anjing betina bernama Pika, berumur 2 bulan dengan keluhan tidak mau makan, muntah, dan diare serta status vaksin belum pernah. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik kondisi anjing mengalami dehidrasi, vomit profus, hipersalivasi, diare dan kondisi lemas. Karena gejalanya mirip dengan penyakit lainnya maka dibutuhkan penegakan diagnosa dengan menggunakan rapid tes kit CPV (Canine Parvo Virus).
Canine Parvo Virus  atau dikenal juga sebagai penyakit Parvo adalah salah satu penyakit akut yang berbahaya karena memiliki mortalitas (tingkat kematian) yang tinggi. Dengan kata lain, anjing yang terkena penyakit Parvo memiliki tingkat hidup kecil. Penyakit ini tersebar diseluruh dunia termasuk juga di Indonesia dan menyerang puppies (anak anjing). Penyakit ini disebabkan oleh golongan canine parvo virus, non enveloped single strand DNA virus, Canine Parvo Virus memiliki type 1 dan 2a,2b,2c.
Masa inkubasi penyakit parvo berlangsung selama 5-12 hari. Sistem tubuh yang terinfeksi adalah jaringan lymphoid dan gastrointestinal. Gejala klinis yang muncul adalah demam, anoreksia (tidak mau makan), vomit (muntah), hipersalivasi dan diare. Penularan virus parvo  secara oral dan melalui kontak fisik dengan tempat pakan-minum, kandang dan kotoran anjing yang terinfeksi virus parvo.
 Tes Kit CPV Positif 

            Penggunaan rapid tes kit CPV (Canine Parvo Virus) dengan mengambil sampel feses anjing yang diduga terkena CPV lalu dicampur ke dalam diluent kemudian diteteskan pada rapid test kit. Foto tes kit di atas tampak muncul dua garis pada kolom C dan kolom T, artinya menunjukkan hasil positif jika ke dua garis muncul.

Foto Anjing yang Terkena Parvo

Terapi untuk anjing yang terkena penyakit parvo adalah fluid therapy (cairan infus), pemberian antibiotik, immunostimulant, antiemetik (antimuntah), anti diare dan diet pakan untuk intestinal. Akibat muntah dan diare tubuh akan kehilangan cairan dan elektrolit sehingga dibutuhkan fluid therapy (cairan infus) agar tubuh tidak mengalami dehidrasi. Pemberian antibiotik bertujuan untuk mencegah infeksi sekunder dari bakteri dan pemberian immunostimulant untuk menambah daya tahan tubuhnya. Terapi pakan khusus intestinal karena di dalam kandungan pakan tersebut mengandung protein yang stabil untuk usus.
Setelah dokter mendiagnosa anjing Anda terkena penyakit Parvo maka disarankan untuk sanitasi kandang dengan desinfektan dan pisahkan bila ada anjing lain di rumah. Begitu muncul gejala tidak mau makan, muntah dan diare maka segera bawa ke dokter hewan. Ayo cegah anjing kesayangan kita sebelum terinfeksi virus Parvo dengan memvaksinasikannya J

SUMBER :
Subronto. 2010.  Penyakit Infeksi Parasit dan Mikroba pada Anjing dan Kucing. Gadjah
Mada University Press : Yogyakarta.
Stephen C, Barr; Dwight Bowman. 2006. The 5-Minute Veterinary Consult Canine and

Feline. Blackwell Publishing.  

Rabu, 11 Januari 2017

Pyoderma pada Marmut (Guinea Pig)

Pyodermapada Marmut (Guinea Pig)
oleh Dinda Mahardika, DRH


Marmut merupakan hewan pengerat atau rodentia yang berasal dari Amerika Selatan. Hewan ini mempunyai berbagai macam spesies salah satunya yaitu Cavia Porcellus. Marmut ini merupakan hewan herbivore yang disebut sebagai monogastric atau hewan yang mempunyai lambung tunggal, dengan organ sekum yang panjang. Marmut merupakan hewan yang mempunyai bentuk tubuh yang kecil, lembut, dan juga hewan eksotik yang relative mudah untuk dipelihara, responsive terutama dipelihara sejak masih muda. Marmut atau guinea pig merupakan hewan social yang berusaha untuk kontak fisik dengan marmot lainnya apabila berada dalam satu kandang bersama. Tingkah laku lainnya oleh marmut ini yaitu jarang sekali untuk grooming sendiri, sehingga diindikasikan bila bulu rontok atau hair pulling marmut sedang berada dalam lingkungan yang kurang kondusif sehingga menyebabkan stress.
Marmut merupakan hewan yang tidak mudah beradaptasi dalam hal makanan, seperti hal nya apabila sering mengganti pakan atau minuman tanpa adanya persiapan terlebih dahulu. Perubahan pakan yang terlalu sering sangat berdampak negative bagi marmut, oleh karena itu jika ingin mengganti pakan lebih baik sejak marmut masih muda untuk memberika pakan yang beraneka ragam sehingga nantinya marmut akan mulai terbiasa. Pakan yang diberikan untuk marmut sebaiknya banyak mengandung protein yang berkisar antara 18-20%. Sumber utama pakan yang harus dicukupi untuk guinea pig atau marmut yakni Vitamin C, sebab guinea pig tidak memiliki enzim l-gulonolakton oksidase yang berfungsi sebagai sintesis asam askorbat dari glukosa. Pakan yang dapat diberikan untuk guinea pig atau marmut yakni sayuran dan buah-buahan salah satunya yaitu bayam, wortel, mentimun, kale, tomat, serta brokoli. Pellet juga dapat diberikan untuk guinea pig namun pakan ini bukan pakan utama melainkan hanya pakan pendamping saja, oleh karena itu bias diselingi dengan petgrass atau Hay.
Problem atau beberapa penyakit yang umum menyerang guinea pig atau marmut salah satunya yaitu Skin Infection of Bacteria atau bila sudah kondisi yang parah bisa menjadi Pyoderma. Pyoderma ini umumnya kulit kemerahan, hingga bisa timbul adanya eksudat ataupun nanah pada luka. Faktor penyebab pyoderma ini bisa terjadi karena masalah kulit seperti adanya infestasi ektoparasit, dermatophytosis, keseimbangan hormonal serta trauma. Luka akibat pyoderma ini adanya eksudat atau nanah , kemerahan pada kulit serta luka terbuka. Apabila guinea pig atau marmut anda mengalami hal demikian maka segera bawa ke dokter hewan untuk memastikan penyebab dari pyoderma sehingga mendapatkan pengananan yang baik dari dokter hewan. Untuk emergency pertama sebelum dibawa ke dokter hewan, penanganan yang dapat dilakukan yaitu pembersihan luka terlebih dahulu dengan cairan steril atau fisiologis setelah itu segera bawa ke dokter hewan terdekat.

Gambar: Kasus Pyoderma pada guinea pig atau marmut di area punggung
Pencegahan agar guinea pig atau marmut anda tidak mengalami infeksi pyoderma yakni perbaikan dari sanitasi kandang dan lingkungan di sekitar kandang. Struktur kandang yang baik mempunyai ventilasi yang cukup, serta struktur kandang yang tidak perlu rapat untuk alas nya sebab guinea pig merupakan hewan caecotrop yang juga memakan kotorannya sendiri. Hindari struktur pada kandang dari benda tajam sehingga meminimalisir dari luka trauma sehingga kejadian infeksi luka atau pyoderma terminimalisir dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Quesenbery EK, Carpenter WJ. FERRET, RABBIT and RODENT CLINICAL MEDICINE and SURGERY third edition. ELSEVIER SAUNDERS. 2012.USA.