Selasa, 27 Desember 2016

INFESTASI KUTU PADA KUCING

oleh Alvin Febrianth, DRH

Pada bulan Desember 2016, Tabby Pet Care mendapatkan banyak pasien yang mengalami masalah kulit dan rambut. Salah satunya adalah pasien kucing jantan yang bernama “Item” (Gambar 1) yang di bawa ke Tabby dengan masalah kulit dan rambut.
Gambar 1. Kucing Item
Anamnesa atau keluhan yang disampaikan oleh pemilik adalah kucing Item sering menggaruk bagian badannya, rambut sangat rontok, rambutnya penuh dengan ketombe, kucing item sering keluar rumah, makan minum tidak ada masalah. Berdasarkan anamnesa yang didapatkan maka dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh pada kucing item. Hasil yang didapatkan dari pemeriksaan klinis yaitu rambut rontok cukup parah jika kita sisir menggunakan tangan, ada bentukkan putih-putih di rambut dugaan adalah kutu, suhu tubuh normal, kucing juga masih aktif.
Dari pemeriksaan klinis untuk kulit dan rambut didapatkan dugaan sementara yaitu kucing item terdapat kutu di rambutnya (Gambar 2 dan 3). Oleh karena itu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk kucing item. Pemeriksaan lanjutan yang dilakukan yaitu dengan menggunakan mikroskop digital dan pemeriksaan rambut dengan metode hair pluck.
Gambar 2. Kondisi Rambut Kucing Item
Gambar 3. Kondisi Rambut Kucing Item
Dari hasil pemeriksaan menggunakan mikroskop digital (Gambar 4) dan hair pluck (Gambar 5) ditemukan kutu pada rambut dalam jumlah yang sangat banyak. Penyebab kucing item mengalami kerontokan rambut dan pruritus atau gatal-gatal karena infestasi dari kutu rambut.
Gambar 4. Pemeriksaan Menggunakan Mikroskop Digital
Gambar 5. Pemeriksaan Hair Pluck
Kutu merupakan ektoparasit yang sangat merugikan induk semang dalam hal ini adalah kucing. Kutu yang ditemukan pada kasus kucing item adalah Felicola subrostratus. Kutu jenis ini dalam siklus hidupnya selalu pada induk semang. Ada 3 stadium siklus hidup dari Felicola subrostratus yaitu stadium telur, nympha dan dewasa. Kutu betina dewasa setelah proses reproduksi akan bertelur di tubuh kucing. Telur yang sudah keluar akan disematkan atau ditempelkan di rambut kucing, tujuannya agar telur tersebut tidak jatuh dari tubuh kucing. Setelah beberapa jam hingga beberapa hari telur tersebut akan menetas, kemudian keluar kutu dengan stadium nympha. Setelah beberapa hari hingga beberapa minggu kutu tersebut akan berubah menjadi stadium dewasa yang kemudian siap untuk bereproduksi kembali. Oleh karena itu dalam pemeriksaan kita bisa menemukan mulai dari stadium telur sampai dewasa pada rambut kucing.
Gejala klinis yang sering tampak akibat dari infestasi kutu pada kucing adalah rambut mudah rontok dan dalam jumlah yang banyak, kemudian kucing akan merasa sangat gatal karena adanya kutu dalam jumlah yang banyak pada rambut. Rambut menjadi mudah rontok karena dalam hal ini kutu tersebut selalu menempel dan hidup pada rambut. Oleh karena itu pertumbuhan rambut kucing menjadi tidak sempurna. Kucing akan menjadi sering menggaruk atau menjilat hampir seluruh bagian tubuhnya, akibat yang ditimbulkan dari menggaruk atau menjilat yang terlalu sering adalah akan timbul luka pada daerah bekas garukan. Jika terdapat luka maka bakteri akan dengan mudah masuk sehingga menimbulkan infeksi. Akibat dari terlalu sering menjilat maka kondisi rambut akan cenderung basah dan lembab. Kondisi rambut yang basah dan lembab bisa menyebabkan infestasi jamur bisa terjadi.
Pengobatan yang dilakukan di tempat kita untuk kucing Item yaitu dengan pemberian anti parasit dengan metode spot-on. Kemudian grooming treatment dengan menggunakan shampoo khusus untuk masalah kulit dan rambut akibat adanya kutu seminggu sekali secara rutin.  Pemberian vitamin rambut dan kulit untuk membantu proses regenerasi dari rambut yang rontok akibat dari kutu. Rutin menyisir rambut kucing agar rambut yang sudah lama atau rusak akibat dari kutu bisa terangkat, sehingga pertumbuhan rambut yang baru akan lebih sempurna.
Untuk pencegahan agar kucing item tidak terkena kutu lagi yaitu dengan rutin membersihkan kandang dan properti yang biasa dipakai oleh kucing item minimal sehari sekali dengan menggunakan desinfektan. Kemudian membatasi kucing item untuk keluar rumah atau bermain terlalu lama di tanah dan rumput. Rutin grooming minimal 2 minggu sekali dan rutin pemberian anti parasit sebulan sekali.


pemeriksaan menggunakan mikroskop digital


Sumber Pustaka :
Karren H.R. and Alexander H.W. 2011. Blackwell’s Five-Minute Veterinary Consult Clinical
Companion Small Animal Dermatology. Second Edition. John Wiley & Sons Ltd, The
Atrium, Southern Gate, Chichester, West Sussex, UK



Selasa, 13 Desember 2016

FELINE PANLEUKOPENIA

Oleh Nindya Kusuma, DRH

Bulan Desember ini di Tabby Pet Care menerima pasien kucing jantan bernama Molly, berumur 8 bulan dengan keluhan tidak mau makan, muntah, kucing hidupnya outdoor dan diare serta status vaksin belum pernah. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik kondisi kucing mengalami dehidrasi, vomit profus, hipersalivasi, suhu 40,3 ºC, abdominal pain, dan kondisi lemas. Karena gejalanya mirip dengan penyakit lainnya maka dibutuhkan penegakan diagnosa dengan menggunakan rapid tes kit FPV (Feline Panleukopenia Virus).
Feline panleukopenia atau dikenal juga sebagai cat distemper adalah salah satu penyakit akut yang berbahaya karena memiliki mortalitas (tingkat kematian) yang tinggi. Dengan kata lain, kucing yang terkena penyakit panleukopenia memiliki tingkat hidup kecil. Penyakit ini tersebar diseluruh dunia termasuk juga di Indonesia dan menyerang kitten dan kucing dewasa. Feline Panleukopenia disebabkan oleh golongan canine parvo virus, non enveloped single strand DNA virus. Virus tersebut mampu stabil bertahan di lingkungan lebih dari 1 tahun. Untuk bereplikasi (memperbanyak diri) virus membutuhkan sel yang secara efektif sedang memperbanyak diri (mitosis).         
Masa inkubasi penyakit panleukopenia berlangsung selama 2-9 hari. Sistem tubuh yang terinfeksi adalah jaringan lymphoid dan gastrointestinal. Gejala klinis yang muncul adalah demam, anoreksia (tidak mau makan), vomit (muntah), dan diare. Penularan virus panleukopenia  melalui kontak fisik dengan tempat pakan-minum, litter box, kandang dan kotoran kucing yang terinfeksi FPV.
Tes Kit FPV Positif
            Penggunaan rapid tes kit FPV (Feline Panleukopenia Virus) dengan mengambil sampel feses kucing yang diduga terkena FPV lalu dicampur ke dalam diluent kemudian diteteskan pada rapid test kit. Foto tes kit di atas tampak muncul dua garis pada kolom C dan kolom T, artinya menunjukkan hasil positif jika ke dua garis muncul. Berikut foto gejala FPV yaitu vomit (muntah) dan diare:

Foto Kucing FPV Mengalami Muntah
Foto Kucing Mengalami Diare Berdarah 
Terapi untuk kucing yang terkena panleukopenia adalah fluid therapy (cairan infus), pemberian antibiotik, immunostimulant, antiemetik (antimuntah), anti diare dan diet pakan untuk intestinal. Akibat muntah dan diare tubuh akan kehilangan cairan dan elektrolit sehingga dibutuhkan fluid therapy (cairan infus) agar tubuh tidak mengalami dehidrasi. Pemberian antibiotik bertujuan untuk mencegah infeksi sekunder dari bakteri dan pemberian immunostimulant untuk menambah daya tahan tubuhnya. Terapi pakan khusus intestinal karena di dalam kandungan pakan tersebut mengandung protein yang stabil untuk usus. Kucing Molly menjalani rawat inap di Tabby Pet Care selama 10 hari dan sekarang Molly telah berkumpul bersama saudara saudaranya di rumah J

SUMBER :
Augus, JR. 2006. Consultation  in Feline Internal Medicine Volume 5. Elsevier Saunders.
Stephen, CB; Dwight D.Bowmann. 2006. The 5-Minute Veterinary Consult Canine and

Feline Infectious Diseases and Parasitology. Blackwell Publishing.  

Senin, 05 Desember 2016

Kasus Conjungtivitis pada Musang Pandan

Oleh Dinda Mahardika. DRH
Musang pandan atau di kalangan masyarakat umum lebih dikenal dengan musang luwak. Musang pandan ini termasuk dalam golongan family Viverridae dan mempunyai nama ilmiah Paradoxurus hermaphroditus. Hewan ini mempunyai perilaku soliter, mudah untuk diajak bermain, non-aggressive serta termasuk hewan nocturnal yaitu sangat aktif pada sat sore hingga malam hari. Musang pandan ini mempunyai panjang sekitar 90 cm dengan berat 3-5 kg, dan hewan ini mempunyai variasi beberapa warna diantaranya pada punggung mempunyai warna abu-abu kecoklatan namun terkadang juga mempunyai warna coklat merah tua, dan kehijauan serta mempunyai garis gelap yang terputus.
Jenis diet atau pakan yang dapat diberikan pada musang pandan ini yaitu buah-buahan seperti pisang, papaya, mangga, rambutan. Pemberian pakan untuk musang ini sebaiknya tidak dicampur dengan bahan-bahan yang mengandung susu ataupun garam. Pemberian serangga pada musang pandan pun diperbolehkan asalkan tidak berlebih. Diusahakan pemberian bubur merk tertentu pun dibatasi dikarenakan hal ini terkadang dapat memicu untuk diare serta pakan tersebut bukanlah pakan yang tepat untuk musang pandan sebab tidak sesuai dengan habitat atau kondisi saat mereka di alam liar. Pemberian pakan dan nutrisi yang seimbang membantu proses metabolism yang baik untuk musang pandan.

Apabila pemberian pakan dan manajemen pemeliharaan yang kurang bagus maka dapat menimbulkan beberapa penyakit yang dapat menginfeksi musang pandan salah satunya yakni kasus conjungtivitis atau peradangan pada selaput mata yang disebabkan karena bias traumatic, infeksi bakteri maupun virus. Penyakit ini merupakan gejala yang timbul sebagai akibat adanya infeksi atau traumatic akibat tergores ataupun tergaruk oleh kuku musang pandan yang panjang. Gejala yang ditimbulkan yakni mata memerah serta selaput conjungtiva hampir menutupi sebagian cornea mata pada musang pandan. Gejala conjungtivitis ini juga merupakan gejala klinis adanya infeksi dari virus ataupun bakteri yang umumnya bersama dengan adanya gejala flu atau bersin. Apabila musang peliharaan kita sedang mengalami gejala seperti ini yaitu conjungtivitis maka segera periksa ke dokter hewan untuk dilakukan physical examination secara keseluruhan dan jangan diberikan obat-obatan tetes mata yang kurang tepat. Konsultasikan kondisi kesehatan ke dokter hewan mengenai penyakit ini agar mendapatkan penanganan yang tepat serta terapi yang tepat. Pwrbaikan manajemen pemeliharaan meliputi desain atau model kandang yang tepat, pemberian pakan yang sesuai nutrisi dan seimbang serta manajemen pemeliharaan meliputi memandikan, memotong kuku secara teratur minimal satu atau dua minggu sekali dan pemberian vitamin untuk menunjang system imun musang peliharaan kita.
Gambar : Conjunctiivitis pada musang umur 4 bulan (dokumen pribadi)

Sumber Pustaka:
Delaney, CAJ. 2000. Exotic Companion Medicine Handbook. Biological Education Network, Lake worth, Florida.

Senin, 28 November 2016

INFEKSI TELINGA PADA HEWAN KESAYANGAN

oleh Alvin Febrianth, DRH


Telinga merupakan salah satu panca indera pada manusia. Pada hewan, telinga merupakan anggota tubuh yang sangat penting. Sebagian hewan mampu mendengarkan suara yang manusia tidak bisa dengarkan. Telinga pada hewan mampu mendengarkan suara yang berasal dari kejauhan, sehingga mudah mendeteksi jika ada hewan lain atau musuh yang mendekat. Pada hewan kesayangan terutama anjing atau kucing, sering mengalami infeksi pada telinga. Oleh karena itu kita harus mengetahui gejala dan penyebab dari infeksi pada telinga.
Sebelum masuk pada pembahasan mengenai gejala dan penyebab infeksi telinga, kita harus memahami terlebih dahulu bagian dari telinga hewan terutama anjing dan kucing. Telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu, bagian luar (eksterna), bagian tengah (media) dan bagian dalam (interna). Infeksi pada telinga yang sering terjadi biasanya terdapat pada bagian luar. Tidak menutup kemungkinan infeksi terjadi pada telinga bagian tengah atau dalam. Jika infeksi terjadi pada telinga bagian dalam, kemungkinan infeksi tersebut sudah parah dan biasanya menyebabkan kehilangan pendengaran sampai mengarah ke kehilangan keseimbangan.
Infeksi pada telinga paling sering terjadi pada bagian luar. Jika infeksi ini tidak ditangani maka infeksi dapat berlanjut ke telinga bagian tengah dan dalam. Gejala yang sering muncul jika anjing atau kucing mengalami gangguan pada telinga yaitu sering menggaruk telinga, menggoyangkan kepala serta banyak kotoran yang keluar dari telinga. Kotoran telinga yang keluar biasanya berwarna kehitaman bahkan bisa sampai berwarna putih dan cenderung berair dan berbau sangat tidak sedap. Pada infeksi telinga yang parah atau infeksi pada bagian telinga tengah dan dalam biasanya anjing atau kucing sering memiringkan kepalanya ke satu sisi, biasanya ke sisi telinga yang sakit.
Garukan pada telinga secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama bisa menyebabkan gangguan yang lain pada telinga, yaitu akan terjadi hematoma pada daun telinga. Hematoma atau aural hematoma adalah penumpukan cairan dalam hal ini adalah darah pada telinga akibat dari pecahnya pembuluh darah ditelinga akibat dari garukan. Hematoma ini sangat mudah kita ketahui yaitu dengan meraba bagian daun telinga anjing atau kucing, jika telinga tersebut mengalami pembengkakan atau ada benjolan dan ketika kita tekan akan terasa ada cairan di dalamnya.
Ada beberapa yang menjadi penyebab infeksi pada telinga anjing atau kucing. Faktor yang paling sering menyebabkan infeksi pada telinga adalah adanya ear mites atau tungau telinga. Ear mites yang paling sering ditemukan pada kasus infeksi telinga yaitu Otodectes, tungau yang lain pun bisa menyebabkan gangguan pada telinga. Penyebab yang lain yaitu adanya bakteri dan jamur yang terlalu banyak. Jamur yang biasanya ditemukan ditelinga yaitu Malassezia pachydermatis. Faktor lain yang bisa memicu munculnya infeksi pada telinga adalah adanya kotoran telinga. Kotoran ini bisa berasal dari luar ataupun dari dalam telinga. Seperti pada manusia, anjing dan kucing juga memproduksi cairan telinga yang berfungsi menjaga kelembaban lubang telinga. Kotoran dari luar telinga biasanya berupa pasir atau debu. Kotoran telinga bisa menjadi bertambah banyak karena ada faktor pemicunya yaitu bisa karena terdapat ear mites atau adanya infeksi bakteri.
Bisa dikatakan hampir semua faktor penyebab infeksi telinga saling berhubungan. Sebagai contohnya jika kotoran di dalam telinga menumpuk dan tidak dibersihkan, akan menyebabkan suasana menjadi lembab sehingga menjadi lingkungan yang sesuai untuk tungau bisa hidup. Akibat adanya tungau ditelinga yang semakin banyak, menyebabkan kotoran telinga menjadi semakin banyak dan semakin lembab. Kondisi seperti ini biasanya bakteri dan jamur bisa berkembang dengan sangat cepat. Sehingga di dalam telinga saat ini tidak hanya satu faktor saja yang menjadi penyebab infeksi. Biasanya pada kondisi seperti ini kotoran telinga akan lembek berwarna putih dan berbau tidak sedap. Kucing atau anjing akan sangat tidak nyaman pada kondisi seperti ini.
Ada beberapa penyebab lain tetapi jarang terjadi infeksi telinga, diantaranya karena respon alergi. Alergi bisa berasal dari lingkungan, pakan atau obat-obatan. Respon alergi paling sering menunjukkan gejala klinis yaitu gangguan pada kulit, tetapi tidak jarang menunjukkan gangguan pada telinga. Penyebab lain karena penyakit yang menyebabkan sitem imunitas tubuh menurun, tumor pada telinga dan kelainan anatomi atau bentuk telinga.
Infeksi pada telinga bisa kita cegah dengan cara rutin membersihkan telinga minimal 1 minggu sekali. Membatasi anjing atau kucing bermain ditempat lembab, di tanah atau tempat kotor, serta di rumput. Jika setelah kita bersihkan telinga cepat kotor kembali, atau kotoran telinga sangat banyak sekali serta anjing atau kucing sering menggaruk telinga bahkan sampai kesakitan, ada kemungkinan anjing atau kucing kita mengalami masalah atau infeksi pada telinga. Segera bawa ke dokter hewan untuk pemeriksaan lebih lanjut. Dokter hewan akan mencari penyebab dari infeksi telinga pada anjing atau kucing. Kemudian akan memberikan obat untuk mengatasi penyebab infeksi pada telinga tersebut.
Saat ini sudah banyak obat tetes untuk mengatasi infeksi pada telinga yang direkomendasikan oleh dokter hewan. Obat tetes telinga ini sudah dibedakan berdasarkan faktor penyebab infeksi telinga. Salah satunya ada obat tetes telinga yang memiliki indikasi untuk infeksi telinga akibat dari bakteri. Kemudian berikutnya ada juga obat tetes telinga yang memiliki indikasi untuk infeksi telinga akibat dari ear mites atau tungau telinga. Biasanya pemakaian obat tetes telinga ini digunakan selama tujuh hari kemudian dilakukan pemeriksaan ulang oleh dokter hewan untuk mengetahui masih adakah faktor penyebab infeksi pada telinga anjing atau kucing tersebut.

Sumber Pustaka :
Karren H.R. and Alexander H.W. 2011. Blackwell’s Five-Minute Veterinary Consult Clinical
Companion Small Animal Dermatology. Second Edition. John Wiley & Sons Ltd, The

Atrium, Southern Gate, Chichester, West Sussex, UK

Rabu, 23 November 2016

Tindakan Perawatan Post Operasi Caesar Pada Anjing

oleh Maria Ulfa, DRH


      Obat bius yang telah diberikan pada induk harus hilang efeknya secara cepat. Kebanyakan anjing telah sepenuhnya sadar dari anestesi pada saat anjing ini dibawa pulang ke rumah oleh pemilik. Sadar sepenuhnya dari anestesi terjadi dua sampai enam jam,hal tersebut bergantung pada anestesi yang diberikan, kondisi fisik induk dan usia pada saat operasi, dan berapa kali induk tersebut melahirkan sebelum operasi.     Selama fase pemulihan, induk harus diawasi secara ketat sehingga ia tidak terjatuh dan terluka karena dirinya sendiri, atau berguling dan melukai anak-anak anjing. Anak-anak anjing / puppies tidak boleh ditinggalkan sendirian dengan induknya sampai sang induk benar-benar terjaga, mampu berdiri sendiri, dan mampu merawat anak-anaknya.
     Induk harus mulai makan dalam beberapa jam. pemilik harus memberi makan (menyuapi) dalam porsi yang sedikit dari makanan dan air dengan frekuensi sering (setiap 15 sampai 30 menit) untuk 24 jam pertama setelah operasi. Jika induk setelah sectio caesar makan atau minum terlalu banyak atau terlalu cepat, maka induk bisa muntah. asupan makanan nya pada saat ini harus sekitar satu dan setengah kali asupan makanan normal. Pada minggu ketiga atau keempat recovery, asupan makanan nya mungkin 2 sampai 3 kali normal. Induk anjing harus diberi pakan anjing premium berkualitas tinggi selama masa menyusui untuk memberikan nutrisi yang tepat untuknya dan puppies/ anak -anak nya.
      Suhu induk dapat meningkat (0.5-1.0ºC) di atas normal pada 1-3 hari setelah melahirkan, sebaiknya harus kembali ke kisaran normal. Rentang normal adalah (37.8º-38.9ºC). untuk pengobatan jangan memberi obat yang mengandung asam asetilsalisilat atau ASA (Aspirin®), acetaminophen (Tylenol ®) atau obat lain, termasuk obat herbal, tanpa konsultasi dokter hewan. Jika suhu induk  di atas (40 ºC), maka induk anjing dan puppies harus diperiksa oleh dokter hewan sesegera mungkin.
 Adapun perawatan pasca operasi terdiri dari penanganan/perawatan induk dan puppies /anak anjing.Perawatan induk anjing sebagai berikut :
1.    Cek bagian yg di incisi / dilakukan operasi, bila ditemukan tanda – tanda infeksi meliputi nyeri,bengkak dan kemerahan di area tersebut.
2.    Membatasi gerak induk anjing selama 3 – 4 minggu.
3.    Memberikan antibiotik.
4.    Memberikan anti inflamasi (NSAID).
5.    Memberikan obat antipsikotik( jika diperlukan).


Perawatan pada puppies dapat dilakukan sebagai berikut :
1.    Membersihkan lendir setelah dikeluarkan dari uterus.
2.    Diberi tempat yang hangat.
3.    Diberi makanan tambahan jika induk belum dapat menyusui / mati.
4.    Swab perineum untuk merangsang buang air kecil dan buang air besar.
  


Sumber :http://www.vcahospitals.com/main/pet-health-information/article/animal-health/caesarean-sections-in-dogs-post-operative-instructions/494http://lin-myvetdays.blogspot.co.id/2015/01/bedah-caesar-pada-anjing.html 



Minggu, 13 November 2016

PENTINGNYA PEMBERIAN OBAT CACING PADA HEWAN KESAYANGAN

Oleh Nindya Kusuma, DRH


Sudahkah Anda menjadi Pet Lover’s yang care terhadap kucing dan anjing kesayangan kita ???. Sudahkah rutin memberikan obat cacing untuk peliharaan yang tersayang ??? kalau belum…yuk simak artikel berikut sebelum hewan kesayangan kamu terinfeksi cacing.
Hubungan manusia dengan anjing dan kucing bukan lagi sebatas antara owner dengan peliharaan semata, tetapi sudah berubah menjadi sebuah family. Terbentuknya family atas dasar sayang dan perhatian sehingga Anda pasti tidak mau jika salah satu anggota keluarga sakit terlebih sakit karena infeksi cacing dalam saluran cerna hewan kesayangan. Akibat infestasi cacing di dalam saluran cerna pet kesayangan kamu adalah anjing dan kucing menjadi kurus, tidak mau makan, serta terdapat cacing dari anjing dan kucing yang dapat menular ke manusia. Yang paling mudah tertular anak-anak sehingga setelah bermain di taman selalu biasakan agar segera cuci tangan sebelum makan.   
Jenis-jenis cacing yang dapat menyerang anjing dan kucing yaitu digolongkan sebagai berikut : cacing tambang (ancylostoma), cacing gelang (ascariasis), dan cacing pipih (cestoda). Gejala klinis yang muncul saat anjing dan kucing terinfeksi cacing adalah fesesnya cair (diare), nafsu makan menurun atau  bahkan tidak mau makan, berat badan menurun dan jika sudah parah maka terdapat cacing dalam fesesnya serta mengalami dehidrasi karena hilangnya cairan di dalam tubuh akibat diare yang dialaminya. Gejala menggosok gosokkan bagian rektal ke tanah karena efek gatal akibat melekatnya proglotid cacing sehingga nantinya tanah juga dapat tercemar oleh keberadaan telur cacing.    
Infestasi cacing yang menyerang hewan kesayangan bisa kedapatan dari memakan atau tertelan makanan yang terkontaminasi telur cacing dari tanah atau taman atau tempat pakan dan minum yang terkontaminasi cacing, kontak langsung dengan anjing dan kucing yang terinfeksi cacing. Penularan juga dapat melalui ektoparasit pinjal yang memakan telur cacing yang selanjutnya pinjal tersebut termakan oleh hewan kesayang kita. Selain itu, saat dalam kandungan tertular secara kongenital dari induk yang terinfeksi cacing.   
Berikut salah satu pasien di Tabby Pet Care yang mengalami infestasi cacing pada Anjing  Umur 3 bulan, dengan keluhan diare dan tidak mau makan :
Foto Cacing pada Anjing Lokal Umur 3 bulan
Pencegahan agar anjing dan kucing tidak terinfeksi cacing adalah dengan jadwalkan rutin pemberian obat cacing minimal 3 bulan sekali (4 kali setahun), pastikan makanan yang kamu berikan untuk mereka bersih, pakan yang matang tidak mentah dan tidak tersentuh oleh tanah, selalu bersihkan mainan anjing atau kucing yang tersentuh dengan tanah agar mainan tersebut tidak terkontaminasi telur cacing mengingat tanah merupakan salah satu media perantara penularan cacing, serta jangan tunda-tunda untuk membersihkan kotoran hewan secara rutin. Cegah anjing agar tidak terkena pinjal yang dapat menularkan cacing dengan rutin grooming. Jadi, pencegahan tidak hanya dari dalam tubuh anjing dan kucing tetapi juga dari kebersihan lingkungan.
Pemberantasan cacing membutuhkan kerjasama antara kepedulian pet lover’s dan kepedulian kebersihan lingkungan. Yuk, pet lover’s segera datang dan konsultasikan jadwal pemberian obat cacing ke dokter hewan kesayangan kamu. Cegah sebelum terinfeksi cacing !              
                
Sumber :
Stephen. C, Barr; Dwight D., Bowman. 2006. The 5 Minute Veterinary Consult Canine and
Feline Infectious Diseases and Parasitology. Blackwell Publishing.
Subronto. 2006. Penyakit Infeksi Parasit dan Mikroba pada Anjing dan Kucing. Gadjah Mada
University Press.



Senin, 07 November 2016

Manajemen pemeliharaan pada kelompok Chelonian

Oleh Dinda Mahardika. DRH


Kelompok chelonian dalam hal ini yaitu tortoises dan turtle. Golongan tortoises sebagai contoh yaitu Geochelone gigantic, geochelone sulcata, Testudo hermanni. Habitat atau tempat hidup kelompok chelonian di dalam aquarium atau box dengan pengaturan suhu dan kelembapan kandang yang terjaga. Pemberian diet pakan untuk golongan tortoise yaitu jenis rumput alfalfa, daun semanggi, daun mulberry, daun buah anggur, dan dapat diberikan bunga hibiscus, sedangkan pemberian diet pakan untuk golongan turtle yaitu buah-buahan ( strawberry, raspberry, blueberry, melon), serangga, cacing, siput. Sexing atau membedakan jenis kelamin jantan dan betina pada kelompok chelonian yaitu terletak pada panjang ekor. Pada jantan, umumnya lebih panjang dan lebar daripada betina, serta posisi kloaka pada jantan terletak lebih caudal atau kebelakang dibandingkan milik betina, serta struktur jari pada jantan lebih panjang daripada betina.
Perawatan yang perlu diperhatikan untuk kelompok chelonian dalam hal ini termasuk turtle dan tortoise yakni apabila dikandangkan maka struktur kandang perlu adanya thermometer agar kelembapan dan suhu di dalam kandang tetap optimum. Sebab, jika suhu terlalu tinggi atau rendah di dalam kandang dapat mengakibatkan stress sehingga penyakit mudah sekali menginfeksi. Salah satu penyakit yang cukup sering menyerang kelompok chelonian yakni rhinitis atau radang pada selaput mukosa hidung. Faktor penyebab penyakit ini dikarenakan kelompok chelonian alergi terhadap bau zat tertentu yang ada di dalam kandang dan karena faktor infeksi dari bakteri maupun virus. Apabila turtle atau tortoises peliharaan indikasi terkena rhinitis, maka yang dapat dilakukan dapat segera diperiksakan ke dokter hewan untuk pemeriksaan secara lengkap dan pencegahan yang dapat dilakukan adalah manajemen kandang yang harus diperbaiki , hindari pemakaian zat-zat kimia yang memicu alergi pada turtle atau tortoise kesayangan.
Struktur kandang yang baik untuk kelompok chelonian yaitu dengan menjaga kelembapan dan suhu dalam kondisi optimum yakni untuk tortoises berkisar 19,40 – 26,90 sedangkan suhu optimum golongan turtle yakni 23,9 – 28,1 0 C, untuk kelembapan di kandang berkisar 10 – 80. Manajemen kandang yang baik untuk kelompok chelonian juga nantinya dapat sebagai pencegahan terhadap infeksi penyakit.

Contoh kandang untuk jenis tortoise.

Contoh kandang untuk Jenis turtles

Sumber Pustaka :
Delaney JA, Dipl ABVP. Exotic Companion Medicine Handbook. 2008. Zoological Education Network. Florida.