Oleh Nindya Kusuma, DRH
Anjing dan
kucing bukan hanya sebagai hewan peliharaan kita tetapi juga salah satu anggota
keluarga, sahabat, dan teman kita yang patut diperhatikan, jaga dan sayangi.
Bentuk perhatian kita dengan ikut memperhatikan kondisi kesehatannya. Kesehatan
kulit juga harus mendapat perhatian khusus karena seringnya kita kontak fisik
dengan mereka. Kesehatan kulit juga merupakan indikasi untuk keberadaan suatu penyakit.
Kualitas kesehatan
rambut pada anjing dan
kucing dikendalikan
oleh sejumlah faktor, termasuk hormon, gizi, kesehatan umum, infestasi parasit,
genetika, dan frekuensi perawatan dan mandi. Kekurangan protein
yang disebabkan oleh parasit, pola makan yang buruk
atau sakit
menyebabkan rambut menjadi kusam, kering, rapuh, dan tipis. Permasalahan kulit yang sering ditemui pada anjing dan kucing adalah keberadaan kutu (lice), pinjal (flea) dan caplak (tick). Keberadaan parasit ini menimbulkan permasalahan pada hewan kesayangan. Jika dibiarkan maka hewan kesayangan akan menjadi tidak tenang sehingga nafsu makan menurun kemudian jatuh sakit.
menyebabkan rambut menjadi kusam, kering, rapuh, dan tipis. Permasalahan kulit yang sering ditemui pada anjing dan kucing adalah keberadaan kutu (lice), pinjal (flea) dan caplak (tick). Keberadaan parasit ini menimbulkan permasalahan pada hewan kesayangan. Jika dibiarkan maka hewan kesayangan akan menjadi tidak tenang sehingga nafsu makan menurun kemudian jatuh sakit.
Kutu yang sering
ditemui pada kucing adalah Felicolasubrostratus yang hidup dengan memakan epitel kulit yang akan membuat
rambut rontok dan rasa gatal. Felicola
subrostratus hidup pada permukaan kulit. Siklus hidup pada kutu dari telur
sampai bertelur lagi membutuhkan waktu 24-33 hari. Kutu berjalan lambat di
rambut sehingga mudah ditangkap.
Selain kutu,
terdapat pinjal (flea) yang juga
menyerang anjing dan kucing. Pinjal memiliki ukuran tubuh lebih besar dan dapat
dilihat secara makroskopis jika dibandingkan dengan kutu (lice). Pinjal berbentuk pipih dan dapat meloncat atau sering
disebut sebagai kutu loncat. Pinjal mampu bergerak cepat melalui rambut
sehingga sulit ditangkap. Bagian tubuh anjing dan kucing yang disenangi oleh
pinjal adalah daerah sacral, lumbal, ekor dan kepala. Pinjal membutuhkan lingkungan yang lembab
untuk berkembang dan bereproduksi.
Setelah pinjal kawin pada kulit kucing maka betina akan bertelur dalam waktu 24 hingga 48 jam. Betina dapat
memproduksi hingga 2.000 telur. Telur jatuh dan menetas di lingkungan rumah Anda, seperti di bawah
furniture dan di karpet,
rak, dan tempat
tidur. Pada lingkungan yang lembab merupakan tempat ideal untuk bertelur. Dalam 10 hari, telur menetas menjadi
larva,
larva berubah menjadi kepompong dan
masuk ke tahap pupa yang berlangsung selama berhari-hari atau bulan.
Setelah
menetas, pinjal
dewasa akan mencari host, biasanya di sela-sela rambut
terdapat feses pinjal yang berwarna hitam. Di bagian kulit yang terserang
pinjal mengalami kemerahan (eritrema), dan jika banyak dapat menyebabkan
alopesia lokal. Jika salah satu tidak segera ditemukan maka mereka dapat hidup selama satu sampai
dua minggu tanpa makan.
Spesies pinjal
yang sering menyerang anjing dan kucing adalah ctenocephalides canis dan ctenocephalides
felis. Pinjal juga sebagai vektor cacing diplydium caninum. Saat pinjal menggigit maka sekaligus juga saliva
mengenai permukaan kulit sehingga menyebabkan reaksi inflamasi. Hal ini yang
menimbulkan rasa gatal sehingga anjing akan menggaruk bagian kulit tersebut dan
kulit bekas garukan akan memicu tumbuhnya infeksi bakteri. Tindakan untuk mencegah keberadaan pinjal pada hewan peliharaan Anda yaitu sterilisasi
dengan desinfektan lingkungan sekitar anjing dan kucing. Serta lingkungan juga
harus dirawat dan diperhatikan kebersihannya.
Anjing yang terinfestasi caplak akan menimbulkan
ketidaktenangan karena anjing akan sibuk untuk menggaruk-garuk dan menggigit
bagian kulit yang terdapat caplak. Caplak biasanya
ditemukan di jari-jari kaki, sekitar telinga, axilla,
daerah selangkangan dan
daerah perineum. Selain
itu, akibat infestasi caplak (tick) pada
anjing yaitu:
§ Menyebabkan
terjadinya luka traumatik akibat gigitan caplak.
- § Caplak menghisap darah pada anjing sehingga anjing Anda akan mengalami anemia karena kehilangan darah.
- § Caplak juga sebagai vektor pembawa penyakit parasit darah (blood parasites) pada anjing seperti babesia, ehrlichiosis dan hepatozoon. Saat caplak menghisap darah maka juga mentrasmisikan penyakit parasit darah.
- § Mengurangi nilai estetika dari kulit hewan kesayangan kita.
Gambar Anjing Infestasi
Caplak (tick) pada Anjing Betina
|
Siklus hidup caplak memiliki stadium telur, larva
berkaki 6, nimfa berkaki 8, dan caplak dewasa. Larva berkaki 6 akan aktif
mencari hospes kemudian moulting menjadi nimfa berkaki 8 dan akan mencari hospes
lagi. Setelah caplak jantan dan betina kawin di kulit anjing kemudian
caplak betina
turun untuk
meletakkan telurnya.
Jika semua telur sudah dikeluarkan dari tubuhnya maka betina
akan mati. Seekor caplak betina dewasa dapat menghisap darah sebanyak 0,5-2 ml.
Jangan pernah anggap keberadaan kutu (lice), pinjal (flea) dan caplak (tick) adalah
hal yang dipandang sebelah mata karena pemberantasannya atau penyembuhannya cukup
lama berkaitan dengan lingkungan sehingga membutuhkan kerja sama dan kesabaran
dari pet owner. Terapi untuk infestasi kutu, pinjal dan caplak pada kulit
anjing dan kucing yaitu dengan spot-on dan shampoo sedangkan pada lingkungannya
dengan rutin membersihkan kandang dan menjaga kebersihan area sekitar tempat
tinggal mereka.
Penularan kutu dan caplak melalui kontak antar hewan
dan lingkungan yang terinfestasi. Jadi, begitu ada kutu, pinjal dan caplak
menyerang hewan kesayangan kita maka jangan ragu-ragu untuk segera memeriksakan
pada dokter hewan.
Sumber :
Debra M, Eldredge;
Delbert G, Carlson, Liisa D, Carlson; James M, Giffin. 2007. Dog’s Owner
Home Veterinary Handbook 4th ed.
Wiley Publishing, Inc.
Debra M, Eldredge; Delbert G, Carlson, Liisa D,
Carlson; James M, Giffin. 2008. Cat’s
Owner
Home
Veterinary Handbook 3rd ed.
Wiley Publishing, Inc.
Subronto. 2010. Penyakit Infeksi
Parasit dan Mikroba pada Anjing dan Kucing cetakan ke 2.
Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar