oleh Maria Ulfa, DRH
Beberapa jenis anastesi menyebabkan
hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya menghilangkan rasa
nyeri dari bagian tubuh tertentu dan hewan tetap sadar.
Beberapa tipe anestesi adalah:
Beberapa tipe anestesi adalah:
- Pembiusan total — hilangnya kesadaran
total
- Pembiusan lokal — hilangnya
rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada sebagian kecil daerah
tubuh).
- Pembiusan regional — hilangnya
rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif pada
jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya
Anestesi diperlukan
untuk banyak prosedur pembedahan pada hewan, selain itu dapat digunakan juga
untuk prosedur diagnostik tertentu seperti endoskopi abdomen atau saluran
pernafasan, pengambilan sampel sumsum tulang, dan kadang-kadang USG. Hewan yang
agresif mungkin memerlukan anestesi untuk menangani dan melakukan pemeriksaan
fisik serta pada prosedur pengambilan darah untuk pengujian, pada saat
pengambilan foto rontgen (untuk burung atau hewan lain yang sulit ditangani).
Anastesi juga diperlukan untuk penanganan luka kulit yang ringan ataupun berat,
untuk kateterisasi saluran kencing untuk menghilangkan obstruksi, biopsi tumor,
atau mengeluarkan cairan dari mata untuk mengobati glaucoma.
Pembagian Anastesi.
1.
Anastesi Inhalasi
Lebih aman dan lebih ampuh dibandingkan anastesi injeksi, karena sangat
mudah untuk dikontrol kedalaman pembiusannya serta residu obatnya dikeluarkan
melalui pernafasan proses ini akan mengurangi ketergantungan obat untuk
dimetabolis dalam tubuh, sehingga proses toksisitasnya rendah. Golongan
anastesi inhalasi diantaranya adalah: Dietil eter, Halothan, Isoflurane,
Methoxyflurane, Enflurane, Sevoflurane, Desflurane, Nitrose Oxide.
2.
Anastesi Injeksi
Karena zat anastesi injeksi dimetabolisme oleh hati dan ginjal maka
anastesi injeksi tidak disarankan untuk diberikan pada hewan yang mengalami
gangguan pada ginjal dan hati.
Proses pemasukan obat
melalui suntikan secara subkutan (SC); Intramuskular (IM) serta Intravena (IV).
Adapun golongan obat
bius yang penggunaannya melalui suntikan/injeksi beberapa diantaranya adalah:
o Golongan Barbiturat : Sodium Thiopental, Sodium Thyamilal, Sodium
Pentobarbital, Methohexital.
o Golongan Cyclohexamine : Ketamine HCl, Tiletamin dan Propofol.
o Golongan Neuroleptanalgesik.
o Golongan anastesi lokal : Procaine, bupivicaine, lidocaine, Propaicaine.
Pasien sebelum dilakukan pembiusan
terlebih dahulu harus dilakukan pemeriksaan terhadap umur, suhu badan,
penampilan fisik dan kondisi umum. Apakah umur hewan sudah tua/masih muda?
Hewan dalam keadaan ketakutan/stress
Seorang dokter hewan harus menjelaskan
secara terbuka kepada pemilik tentang semua efek dan proses pemberian
anastesia, bahwa setiap obat bius yang diberikan akan menimbulkan efek samping
pada tubuh hewan bahkan kemungkinan terburuk seperti kematian akibat efek shok
pemberian obat bius harus dijelaskan, oleh karena itu sebaiknya dokter
hewan/klinik hewan untuk menyiapkan lembar persetujuan operasi sebagai bukti
persetujuan pemilik yang isinya menjelaskan efek samping dan proses operasi
yang akan dilaksanakan dan menyatakan bahwa pemilik sudah memahami segala
resiko yang akan terjadi.
Adapun data yang perlu diketahui dari
pasien yang akan di anasthesia:
1.
Riwayat kesehatan hewan
2.
Pemeriksaan fisik secara lengkap
3.
Prosedural pemberian anasthesia
4.
Tes dignostik penunjang
Tahapan Pelaksanaan Anastesi
Pre anastesi
Hewan setelah dilakukan pemeriksaan
klinis dan laboratorium disarankan untuk puasa selama 8 – 12 jam sebelum
pemberian anastesi, hal ini dikarenakan salah satu efek dari obat bius adalah
dapat menimbulkan reaksi muntah, yang berakibat hewan akan mengalami tersedak
(slick pneumonia) karena saluran pernafasannya tersumbat.
Obat-obatan preanastesi yang umum
diberikan sebelum dilakukan pembiusan antara lain : Acepromazine, Atropin
Sulfat, Xylazine, Medetomidine, Diazepam, dan agen opoid yang lain.
Tidak ada obat-obatan preanastesi yang
tidak mempunyai efek samping. Semua pemberian preanastesi harus dilakukan
setelah pemeriksaan kondisi hewan (spesies hewan, status fisik, temperamen
hewan).
Pemakaian obat
preanastesi
Atropin Sulfat
Merupakan antikolinergik yang mempunyai
efek sebagai reseptor dalam menekan neurotransmitter asetil alkalin. Atropin
bekerja setelah 20 menit disuntikan secara SC.
Efek atropin antara
lain:
- Menghambat stimulasi syaraf
vagus sehingga efek pemberian atropin adalah mempercepat kerja denyut
jantung (takikardia).
- Mengurangi produksi air liur.
- Mengurangi aktivitas
peristaltik gastrointestinal
- Menyebabkan dilatasi pupil
(mydriasis)
- Mengurangi sekresi air mata,
oleh karena itu hewan yang disuntik atropin harus diberi salep mata untuk
mencegah mata kering.
- Menyebabkan dilatasi bronchus
- Meningkatkan produksi sekresi
mukus dalam saluran pernafasan (terjadi pada kucing) akan menjadi
predisposisi menghambat saluran pernafasan. Oleh karena itu tidak
disarankan untuk memberikan atropin pada kucing sebagai obat preanastesi.
Proses Tahapan Perlakuan Anastesi
Untuk memperoleh Anestesi umum dapat dicapai dengan cara bertahap.
Keberhasilan proses perlakuan anestesi tergantung pada setiap tahapan:
Stadium I : Induksi atau Analgesia
Pada tahapan ini hewan akan mengalami pusing, kehilangan orientasi, kurang
peka terhadap sentuhan dan rasa sakit. Indera pendengaran peka terhadap
suara-suara
Stadium II : Eksitasi
Mulai mengalami kehilangan kesadaran.
Tetapi refleks masih ada,pupil dilatasi, mulut pasien masih ada gerakan seperti
mengunyah rasa sakit masih ada. Pernafasan tidak teratur
Stadium III: Anastesi
Pasien mengalami hilang kesadarannya, rasa sakit dan refleks sudah tidak
terasa, pernafasan teratur, pupil kontriksi dan bola mata sudah berputar ke
bawah, pada stadium ini pembedahan sudah bisa dilakukan
Stadium IV: Toxic
Apabila stadium III ditingkatkan akan
berbahaya bagi pasien, pasien akan kolaps, pernafasan dan denyut jantung akan
berhenti dan bisa menyebabkan kematian.
http://wahidweb.blogspot.co.id/2010/01/anastesia-dan-analgesia-pada-anjing-dan.html